BI : Penyaluran Kredit di Sumut Alami Perlambatan

MEDAN, KabarMedan.com | Seiring dengan perlambatan kredit perbankan nasional, penyaluran kredit di Sumatera Utara (Sumut) turut mengalami perlambatan. Sepanjang tahun 2014, kredit di Sumut hanya tumbuh sebesar 6,97% (yoy), dari Rp 156 T menjadi Rp 166,87 T, atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2013 yang mencapai 18,56% (yoy), dari Rp 131,58 T menjadi Rp 156 T.

“Dapat diinformasikan bahwa pertumbuhan kredit perbankan secara nasional tumbuh 11,94% (yoy per November 2014), menurun dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 22,4%. Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan kredit terjadi di kredit investasi yang hanya tumbuh sebesar 8,92% (yoy), dari Rp 43,61 T menjadi Rp 47,5 T, atau lebih kecil dibandingkan dengan penyaluran kredit investasi di tahun 2013 yang mampu tumbuh sebesar 42,89% (yoy), dari Rp 30,52 T menjadi Rp 43,61 T,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Difi A. Johansyah, dalam siaran pers yang diterima KabarMedan.com, Jum’at (30/1/2015).

Sementara itu, lanjutnya, berdasarkan sektornya, perlambatan kredit terutama terjadi di dua sektor utama Sumut yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan, yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 1,23% pada 2,06% pada tahun 2014.

Sementara itu, kredit ke sektor pertanian tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 16,16% (yoy), dari Rp 26,18 T menjadi Rp 30,41 T pada Desember 2014. Meskipun mengalami perlambatan, dominasi kredit ke sektor PHR dan sektor industri pengolahan di Sumut  masih cukup tinggi, dengan share sebesar 24,68% dan 20,98%.

“Adapun perlambatan kredit tersebut sejalan dengan perekonomian Sumut yang mengalami pelemahan sehingga perbankan cenderung lebih mengerem laju kredit untuk menjaga kualitas kreditnya. Perlambatan kredit diperkirakan juga terkait dengan sikap investor yang lebih memilih wait and see seiring dengan penyelenggaraan Pemilu di tahun 2014 serta menunggu perkembangan politik dan ekonomi yang lebih kondusif,” kata Difi.

Di sisi lain, penyaluran kredit ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mengalami akselerasi pada tahun 2014. Kredit UMKM tumbuh sebesar 15,29% (yoy), dari Rp 39,7 T menjadi Rp 45,77 T, atau lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit tahun 2013 yang tumbuh sebesar 14,91%, dari Rp 34,55 T menjadi Rp 39,7 T.

“Peningkatan penyaluran kredit UMKM tersebut mengindikasikan bahwa potensi UMKM di Sumut masih cukup tinggi, khususnya ke sektor mikro yang penyaluran kreditnya tumbuh mencapai 30,87% (yoy) pada tahun 2014, dari Rp 7,16 T menjadi Rp 9,37 T,” jelas Difi.

Meskipun kredit mengalami perlambatan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut mampu tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 15,11% (yoy) pada tahun 2014, dari Rp 155,88 T menjadi Rp 179,43 T.

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 11,45% (yoy), dari Rp 139,86 T menjadi Rp 155,88 T. Adapun pertumbuhan DPK tersebut dipicu oleh pertumbuhan deposito yang mencapai 24,54% (yoy), dari  Rp 66,25 T menjadi Rp 82,51 T. Pertumbuhan deposito diperkirakan terkait dengan kenaikan rata-rata suku bunga deposito dari 6,76% menjadi 7,68% pada tahun 2014.

Selanjutnya, seiring dengan perlambatan kredit, loan to deposit ratio (LDR) turut mengalami penurunan, dari 100,08% pada 2013 menjadi 93% pada 2014. Sementara itu, perlambatan ekonomi regional diperkirakan turut mempengaruhi perkembangan non performing loan (NPL) perbankan. NPL perbankan Sumut mengalami kenaikan dari 2,12% pada 2013 menjadi 2,49% pada 2014. Meskipun mengalami kenaikan, kondisi perbankan di Sumut dinilai masih terjaga mengingat tingkat NPL dimaksud masih lebih rendah dari batas aman NPL yang sebesar 5%.  [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.