Kasus ransomware WannaCry yang melanda dunia akhir pekan lalu membuka kesadaran banyak orang tentang mata uang virtual bitcoin dan teknologi blockchain, walaupun terkesan masih sangat kontroversial. Hasil penelusuran kami di Google Trend menunjukkan statistik yang menaik sejak kedua entitas itu diperkenalkan pada tahun 2008 silam oleh nama samaran Satoshi Nakamoto. Ghana, Nigeria, dan Singapura adalah tiga negara teratas yang terbanyak melakukan pencarian di Google.
Hingga artikel ini ditulis, Kamis (25/5), pukul 13.36 WIB, harga per BTC di bitcoin.co.id diperdagangkan di angka Rp39,9 juta. Padahal dua hari sebelumnya, masih bertengger di angka Rp35 juta/BTC. Itu artinya kenaikan sangat-sangat cepat.
Tidak lama sebelumnya, “momen tergila” terjadi pada 4 Mei 2017 lalu, bitcoin tembus hingga Rp20,5 juta per BTC atau setara dengan US$1.527 (bitcoin.co.id). Harga itu adalah harga tertinggi yang mampu ditembus bitcoin sepanjang masa, sejak kelahirannya pada 2008 silam. Harga tertinggi sebelumnya terjadi pada 25 November 2014 di angka US$979.
Dalam kurun waktu 3 tahun, harga terendah bitcoin tercatat pada 12 Januari 2015 (coindesk.com), ketika bitcoin diperdagangkan pada harga US$214 dari US$657 per BTC pada 2 Juni 2014. Sejak Januari 2015 bitcoin dengan payah dan lambat mencoba merangkak untuk mencapai kembali angka US$979 dan itu baru tercapai pada 2 januari 2017.
US$107 juta dari R3
Keputusan R3 berikut ini pun diperkirakan sebagai salah satu sebab musabab kenaikan drastis harga bitcoin dunia. Pada 23 Mei 2017 lalu, R3, sebuah konsorsium internasional lintas lembaga keuangan mengumumkan pengucuran dana sebesar US$107 juta untuk penelitian lebih mendalam tentang distributed ledger technology (DLT), yang diasaskan pada blockchain, yang menjadi tulang punggung bitcoin dan mata uang virtual lainnya. Jumlah itu adalah yang terbesar hingga saat ini demi penelitian DLT tersebut.
R3 pun sebenarnya belum lama ini telah meluncurkan private blockchain (lawan dari public blockchain pada bitcoin dan ethereum), bernama Corda, yang dapat diterapkan pada sistem perbankan dan asuransi. Sama-sama bersifat open source, Corda dapat dikembangkan secara bersama-sama oleh banyak programmer di seluruh dunia.
R3 yang didirikan pada tahun 2014 di New York oleh David E Rutter dan konsorsium terbesar di dunia dalam pengembangan DTL. R3 terdiri dari 70 lembaga keuangan internasional, di antaranya SBI Group, Citi Group, Bank of America, Merrill Lynch and HSBC, ING, Banco Bradesco, Itaú Unibanco, Natixis, Barclays, UBS, Wells Fargo, Credit Suisse, Goldman Sachs, J.P. Morgan, dan lain-lain.
Efek Jepang
Peningkatan cepat awal pekan ini masih serupa dengan peningkatan pada awal pekan Mei 2017, utamanya adalah peningkatan permintaan bitcoin di Jepang, setelah pada 1 April 2017 pemerintah Jepang melegalkan bitcoin di negara itu sebagai alat tukar, layaknya yen dan mata uang lainnya. Keesokan harinya pasar melonjak, di mana permintaan pasar secara global, 50 persen perdagangan berasal dari Jepang. Di saat bersamaan ada 18 perusahaan jual-beli bitcoin di Jepang yang sedang menunggu restu pemerintah agar dapat beroperasi. Inilah yang menyebabkan investor semakin yakin terhadap perdagangan bitcoin, karena dijamin oleh pemerintah, terlebih-lebih perdagangan bitcoin di Jepang tidak akan dikenakan pajak.
Tak lama lagi India dan Rusia menyusul akan melakukan regulasi yang sama seperti Jepang, yang kelak akan meroketkan harga bitcoin lagi. India sendiri sudah melakukan uji coba kelayakan teknologi Blockchain, yang menjadi tulang punggung mata uang digital bitcoin dan lainnya.
Peristiwa menarik lainnya adalah pada awal Februari 2017 Bank Sentral Filipina telah mengeluarkan panduan perdagangan mata uang digital setelah melegalkan beberapa perusahaan penukaran mata uang digital di negara itu. Namun demikian, keputusan bank sentral itu bukanlah restu resmi pemerintah untuk melegalkan bitcoin sebagai mata uang yang sah di negara itu, tetapi terbatas sebagai teknologi pengiriman uang secara global yang mudah dan cepat.
Bitcoin ETF
Penyebab lain atas kenaikan harga adalah pada 4 Mei 2017 Security and Exchange Commission (SEC) mengumumkan akan mempertimbangkan kembali proposal bitcoin exchange-traded fund (ETC) Winklevoss bersaudara kepada lembaga pengatur keuangan Amerika serikat itu.
Pada 10 Maret 2017 SEC sempat menolak proposal itu, dengan alasan bahwa pasar, di mana bitcoin diperdagangkan belum sepenuhnya diregulasi. Dengan lemahnya regulasi bitcoin di Amerika Serikat, kata SEC, sebagaimana dilansir dari nytimes.com, berpotensi terjadinya praktik kecurangan dan manipulasi di dalam pasar.
Bitcoin exchange-traded fund ditanggapi sangat positif oleh pasar bitcoin secara global, karena memungkinkan mata uang digital itu lebih mainstream. Bitcoin pun dapat hadir di tengah-tengah investor retail, yang dapat ditengahi oleh perusahaan manajemen aset seperti Charles Schwab and eTrade. Dengan adanya exchange-traded fund terhadap bitcoin, maka investor dapat melacak indeks perdagangan aset secara lebih baik, tetapi diperdagangkan layaknya saham.
Sebelumnya, Gemini, perusahaan jual-beli bitcoin yang didirikan mereka, telah mendapatkan restu dari lembaga keuangan New York, di mana mata uang digital dapat diperjualbelikan oleh trader profesional.
Jack Ma Minat Blockchain
Perusahaan asal Tiongkok, Hundsun Technology, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Jack Ma, pada 4 Mei 2017 mengumumkan akan bekerjasama dengan Symbiont, perusahaan asal Amerika Serikat, sebagai bagian dari ambisi Jack Ma untuk menjelajahi lebih jauh potensi Blockchain dan mata uang digital. Symbiont adalah peranti lunak berbasis Blockchain yang memungkinkan pengguna melakukan perdagangan uang dan saham secara lebih cepat, khususnya memanfaatkan metode smart contract, di mana perjanjian jual beli dilaksanakan dan direkam secara elektronis pada jaringan Blockchain. Sebagai sebuah data, kontrak itu akan kekal dan tidak dapat dihapus.
Situasi 2016
Situasi 2016 sebenarnya masih memengaruhi harga bitcoin hari ini. Kenaikan drastis pada pekan pertama Januari 2017, misalnya masih didorong oleh faktor-faktor lawas sepanjang 2016, yaitu pelemahan mata uang yuan dan rupee, termasuk menjelang akhir tahun, di mana pemerintah Rusia melegalkan eksistensi bitcoin di negara itu, serta situasi politik global yang tidak menentu.
Sebagaimana yang dikutip dari bloomberg.com, pelemahan yuan selama 1 Januari-29 Desember 2016 mencapai -6.63 persen, sedangkan rupee hingga September 2016 “jongkok” di -3,06 persen. Demonitisasi rupee juga ditengarai sebagai penyebab naik daunnya bitcoin. Sebagai catatan, Tiongkok, India, dan Rusia adalah tiga negara dengan pedagang aktif bitcoin di dunia saat ini, selain Amerika Serikat dan Kanada. Dengan kata lain, pengguna bitcoin merasa lebih aman menyimpan mata uangnya masing-masing ke bitcoin agar nilainya terjaga. Di satu sisi tingkat kepercayaan publik dunia terhadap bitcoin semakin naik.
Saat ini Tiongkok masih mendominasi sebesar 93 persen perdagangan bitcoin secara global, termasuk pengelola mining farm terbesar saat ini. Mining farm merujuk pada tempat dihasilkannya bitcoin setiap hari, sebagai imbalan atas tugas memverifikasi transaksi bitcoin. Pengelola mining farm sangat mengandalkan peranti keras komputer khusus yang super high-end dalam pengolahan sistem dan database bitcoin di seluruh dunia.
Keparahan ekonomi di Venezuela juga menyumbang sedikit banyak terhadap kenaikan bitcoin Di nageri itu ada peningkatan jumlah transaksi bitcoin. Sebagaimana yang dikutip dari guardian.com, pada 16 Desember 2016, pada Agustus 2014 terdapat sekitar 450 orang pengguna bitcoin di negara itu. Pada November 2016 meningkat menjadi 85 ribu orang. Bagi sebagian kecil penduduk Venezuela, seperti pekerja TI dan pekerja lepas mulai bergantung kepada bitcoin yang dapat ditukarkan ke mata uang bolivars untuk bertahan hidup, seperti membeli kebutuhan pokok, bahkan membeli obat-obatan.
Blockhain di masa depan
Semakin familiarnya blockchain, kian memperteguh citra teknologi itu di kalangan perusahaan penyedia jasa keuangan dan tentu saja perusahaan fintech, selain proyek riset dan pengembangan blockchain yang dijalankan oleh R3, sebuah konsorsium internasional, gabungan dari 70 perusahaan penyedia jasa keuangan ternama. Ditambah lagi penerapan yang serupa yang dilakukan oleh Bank Sentral Singapura pada November tahun lalu.
Hal itu ditegaskan oleh Pricewater Coopers (PwC) dalam hasil riset teranyarnya. PwC mengungkapkan, dari 1.300 responden (lembaga keuangan mainstream dan fintech startup dari 71 negara), sebanyak 77 persen merasa familiar terhadap blockchain, termasuk keinginan akan mengadopsi blockchain sebagai bagian dari sistem produksi dan sistem proses di perusahaan mereka dalam 3-5 tahun mendatang. Dari angka itu, ada sekitar 24 persen yang merasa “sangat” atau “benar-benar sangat” mengenali blockchain, dengan responden dari Amerika Utara berada di posisi teratas.
Walaupun tingkat adopsinya teknologi blockchain ini berjalan lambat berbandingkan dengan teknologi lain, tapi potensinya di masa depan akan cerah.
Apa itu bitcoin dan blockchain?
Blockchain, sebuah teknologi transfer uang secara digital di Internet, yang menjadi tulang punggung mata uang virtual bitcoin sejak 2008. Blockchain memungkinkan proses transfer bitcoin ke negara manapun dengan lebih murah, cepat, sekaligus aman, tanpa perantara bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Kelak blockchain akan mengubah sistem perbankan dunia secara fundamental.
Blockchain, yang menjadi tulang punggung mata uang virtual bitcoin, adalah peranti lunak yang mengandung database atas semua transaksi keuangan (buku besar/ledger) yang pernah atau sedang terjadi. Database itu disimpan dan didistribusikan secara terbuka kepada setiap pengguna sistem dan prosesnya tidak diatur oleh sebuah negara atau lembaga keuangan tertentu (desentralistik), tetapi oleh setiap pengguna sistem di dalamnya.
Dalam transaksi keuangan tersebut, tidak ada server terpusat, tetapi diamankan secara otomatis di dalam jaringan Internet oleh masing-masing pengguna. Dengan demikian proses pengiriman uang secara digital lebih cepat, aman, murah secara global, layaknya Anda mengirimkan surat elektronik. Setiap orang dapat melihat, memantau, dan memvalidasi proses transaksi, tanpa bisa menghapusnya, karena data tersebut bersifat permanen.
Supaya lebih mudah kita pahami, mari kita dekati itu dengan dengan menggunakan analogi pada sistem perbankan konvensional. blockchain diibaratkan sebagai data riwayat transaksi bank secara keseluruhan. Beberapa transaksi disimpan secara kronologis, selayaknya transaksi pada sistem bank biasa, di dalam sebuah block. Setiap block terbentuk secara otomatis dan terangkai secara linear, membentuk sebuah “rantai” yang saling terkait. Berdasarkan protokol pada blockchain, data-data itu dibagikan kepada setiap node/simpul yang berpartisipasi di dalam sistem. Jadi, setiap orang dapat melihat dan memvalidasi secara langsung proses transaksi tersebut.
Dalam transaksi bitcoin, misalnya Anda dapat melihat prosesnya secara live di website blockchain.info. Anda cukup mengklik nomor rekeningnya (bitcoin address) dan ditampilkan informasi lengkap mutasi bitcoin, tanggal dan jam berapa. Karena transaksi bitcoin bersifat anonim, ketika Anda mengklik alamat bitcoin tertentu, Anda tidak dapat mengetahui siapa pemilik alamat tersebut. Dengan menggunakan dompet digital (di website atau aplikasi mobile) setiap orang kapan saja dapat mengubah alamat tersebut untuk transaksi yang berbeda.
Nah, untuk memastikan validitas setiap transaksi, dalam sistem Blockchain dikenal istilah yang disebut bitcoin mining. Setiap transaksi di dalam sistem dinyatakan dalam formulasi matematika rumit yang dijawab oleh sistem komputer yang digunakan oleh pengguna (miner). Komputer ini haruslah canggih berspesifikasi tinggi. Jikalau komputer berhasil menjawab formulasi itu, barulah transaksi dinyatakan sah. Atas jasa para miner itu, mereka diberikan reward berupa bitcoin, sekaligus menciptakan/menambahkan supply bitcoin ke dalam sistem.
Sifat blockchain yang open-source adalah kebalikan dari sistem transfer uang saat ini, yang mengandalkan jasa perbankan atau lembaga keuangan lainnya yang sentralistik dan membutuhkan teknologi mahal. Untuk mentransfer uang antar negara dengan bank yang berbeda, misalnya perlu waktu beberapa hari. Melalui PayPal ataupun WesternUnion bisa lebih cepat, tetapi memerlukan biaya kirim yang tidak lebih murah daripada menggunakan Blockchain. PayPal juga terkadang tidak terlalu aman yang Anda bayangkan dan memerlukan prasyarat sistem yang tidak mudah. Karena Blockchain bersifat terbuka, maka setiap orang dapat membuat mata uang virtual sendiri, termasuk negara.
Karena blockchain gratis, maka biaya transfer mulai dari nol rupiah atau jauh lebih murah daripada jasa transfer uang termurah saat ini dan dapat ditransfer dalam hitungan detik. Bahkan pengguna bitcoin sendiri tidak perlu melampirkan identitas resmi dalam bertransaksi alias bersifat anonim. PayPal dan WesternUnion sendiri sudah tergabung dalam R3, sebuah konsorsium internasional yang fokus pada riset dan pengembangan tentang blockchain, bersama puluhan lembaga besar dunia lainnya.
Blockchain adalah teknologi perintis dalam sistem keuangan sepanjang peradaban manusia modern, dengan bitcoin sebagai mata uang digital pertama di dunia, yang murni dihasilkan oleh peranti lunak, bukan berbentuk kertas ataupun logam, dan tidak dijamin oleh cadangan emas atau bentuk fisik apapun.
Asal tahu saja hingga detik ini belum terungkap kepada publik dunia siapa sosok asli pencipta Blockchain. Kita hanya tahu nama perancangnya menggunakan nama Satoshi Nakamoto dalam sebuah makalah ilmiah tentang teknologi transfer uang, yang diterbitkan di di forum Internet pada 2008 silam. Walaupun menggunakan nama personal, nama itu bisa jadi tidak mewakili nama satu orang, bisa jadi sekelompok orang yang penciptanya sendiri atau perusahaan ataupun negara tertentu. Namun demikian, tanpa peduli kompetensi dan kapabilitas penciptanya, kemudian sifat peranti lunaknya terbuka, paparan dalam makalah itu menunjukkan keluarbiasaan teknologinya yang menjadi pilihan besar bagi masa depan keuangan dunia.
Secara prinsipil teknologi blockchain pun bukan hanya diperuntukkan untuk transaksi keuangan, tetapi pula untuk kebutuhan lain, seperti kontrak digital yang membutuhkan tandatangan digital, hakcipta lagu, hingga e-voting. Sehingga di masa depan Anda tidak memerlukan notaris ataupun pengacara untuk mensahkan sebuah perjanjian. Semua akan terkesan sangat valid di dalam blockchain , karena dapat dengan mudah dilacak dan tidak dapat dihapus sampai kapanpun. [KM-02]