BERITA
Server KPU sedang diserbu bertubi-tubi Hacker dari Amerika.
Ayo ramaikan tagar
#INAelectionObserverSOS
Di facebook.
Untuk membantu United Muslim Cyber Army.
#INAelectionObserverSOS
https://web.facebook.com/story.php?story_fbid=2328180880795990&id=100008123018627&_rdc=1&_rdr
Postingan senada juga marak di Facebook: https://web.facebook.com/hashtag/inaelectionobserversos?ref=m_notif¬if_t=feed_comment_reply&__tn__=*s*s-R&_rdc=1&_rdr
HASIL CEK FAKTA
Komisioner KPU RI, Pramono Ubaid, mengatakan tumbangnya server KPU terjadi kemungkinan karena traffic yang melonjak tajam. Sistem yang dipakai ini dinamakan Situng (Sistem Penghitungan).
“Jadi perlu kami pastikan sistem IT KPU sebenarnya aman-aman saja. Kalau pun hari ini atau beberapa saat lalu down, karena memang traffic-nya sangat tinggi,” ujar Pramono seperti dikutip dari Kumparan.com, Kamis (18/4/2019).
Traffic tinggi ini, kata Pramono, karena masyarakat ingin memastikan antara hasil quick count dari berbagai lembaga survey dengan hasil real count KPU.
Pramono kemudian kembali menegaskan, Situng tidak mempengaruhi penghitungan suara. Hal ini karena penghitungan suara dilakukan secara manual dan berjenjang.
“Perlu kami pastikan bahwa sistem perhitungan suara di KPU berbasis manual. Masih berbasis rekapitulasi atas dokumen formulir yang dilakukan secara berjenjang. Sementara sistem IT, untuk perhitungan IT itu hanya alat bantu untuk mempublikasikannya aja. Tidak ada kaitannya dengan proses perhitungan dengan sistem IT. Hanya untuk publikasi aja,” tukasnya.
Sementara itu, pengamat keamanan siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya mengungkapkan, jika sampai ada kejadian peretasan pun pasti sudah diantipasi. Pasalnya, secara strategis KPU sudah memisahkan server data hasil perhitungan perhitungan pemilu dengan data webiste.
“Data hasil pemilu itu sifatnya offline, jadi aman dari peretas online,” tambah Alfons.
Menurut Alfons, server Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak mungkin diatur oleh peretas untuk memenangkan salah satu pasangan capres dan cawapres di Pilpres 2019.
Alfons mengatakan, hasil final perhitungan suara formulir C1 yang diunggah ke server atau situs KPU dalam format foto, sehingga tidak mungkin bisa diubah.
Sebelum formulir C1 diunggah, ada beberapa proses offline yang dilakukan KPU. Saat melakukan perhitungan suara, komputer yang digunakan KPU juga dalam keadaan offline sehingga tidak mungkin menjadi sasaran peretasan.
“Data perhitungan suara KPU itu offline. Itu data yang secara hukum sah. Komputer yang memasukkan data dan server hasil pemilu tidak terkoneksi ke internet sehingga akan sangat sulit untuk di retas karena tidak terkoneksi ke internet,” kata Alfons seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (9/4/2019).
Hasil akumulasi suara dari Tempat Pemilihan Suara (TPS) akan ditampilkan di situs KPU dalam bentuk formulir C1. Sementara data perhitungan suara yang berada di TPS memiliki server terpisah yang tidak tersambung dengan internet.
Data TPS setiap wilayah ini akan dimasukkan oleh KPU secara offline atau tidak terhubung internet. Bahkan proses rekapitulasi suara sebelum C1 juga dilakukan secara manual.
“Data TPS di input di KPU wilayah dan komputer-komputernya tidak terhubung ke internet. Rekapnya juga manual,” ujar Alfons.
Oleh karena itu, ia mengatakan kendati situs KPU diretas tapi manipulasi suara tidak mungkin dilakukan. Mengingat formulir C1 yang berada di situs KPU berupa foto, sementara data-data perhitungan suara tidak tersambung ke server atau situs KPU. [KM-01]
Sumber :
https://kumparan.com/@kumparannews/situs-tampilkan-scan-c1-down-kpu-bantah-diretas-1quUG3uTzTL
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190417071851-185-387031/sistem-keamanan-server-kpu-siap-hadapi-pemilu-2019