Harga Buah di Medan Melonjak

[Kabarmedan] –  Harga buah di sejumlah pasar tradisional Kota Medan kembali naik. Kenaikan harga tersebut dipicu oleh minimnya pasokan dari sentra penghasil buah di Berastagi, sedangkan permintaan cenderung tinggi.

Pedagang buah di Pusat Pasar Medan, Diana Sari, mengatakan, kenaikan harga buah tersebut telah terjadi sekira dalam sepakan terakhir. “Pasokan jeruk yang paling banyak kurang. Masa panen petani telah berakhir sehingga pasokan turun,” katanya Minggu (3/11/2013).

Kenaikan harga terjadi hampir untuk seluruh komoditas buah lokal. Harga jeruk madu misalnya, naik menjadi Rp25.000 dari sebelumnya Rp20.000 per kg, melon naik dari Rp10.000 menjadi Rp15.000 per kg, salak naik dari Rp14.000 menjadi Rp19.000 per kg, kelengkeng naik dari Rp25.000 menjadi Rp35.000 per kg.

Naiknya harga buah lokal tersebut, diakui pedagang juga ikut mendongrkan harga buah impor yang didatangkan dari Amerika, Jepang, China dan Taiwan. Anggur misalnya, kini dijual seharga Rp58.000 per kg, naik dari Rp49.000 per kg. Jeruk cina naik dari Rp15.000 per kg menjadi Rp18.000 per kg. Rata-rata, harga buah di pasaran meningkat antara 10%-40% dari sebelumnya.

Pedagang buah lainnya di Pasar Petisah Medan, Ulfa mengatakan, pasokan buah lokal yang minim menjadi pemicu utama melonjaknya harga buah tersebut, sedangkan pasokan buah impor relatif stabil. Begitupun, kata dia, naiknya harga buah lokal memang selalu diikuti oleh naiknya buah impor. Ini semata-mata karena pedagang ingin mendapat keuntungan lebih. Apalagi, saat ini permintaan buah cenderung meningkat.

Menurutnya, kenaikan harga buah tersebut biasanya akan bertahan hingga pertengahan Desember nanti. Saat itu, sebagian petani telah memasuki masa panen. Harga pun bisa kembali normal. “Setiap tahun memang begitu,” ungkapnya.

Mahalnya harga buah tersebut menyebabkan konsumen mengeluh, khususnya para penjual rujak keliling. Seperti dikatakan Rendy, penjual rujak di kawasan Stadion Teladan. Menurutnya, naiknya harga buah menyebabkan omzet penjualannya mengalami penurunan.

“Penurunan omzet bukan karena permintaan yang rendah, tetapi biaya operasional khususnya biaya untuk membeli buah yang meningkat. Tentu ini akan mengerus omzet kami,” ungkapnya.

Sementara, pihaknya belum berani menaikkan harga rujak lantaran takut kehilangan konsumen. Apalagi, di kawasan tersebut, tak sedikit para penjual rujak keliling yang beroperasi. (KM -01)

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.