KABAR MEDAN | Tyrol adalah sebuah provinsi di negara Austria yang memiliki sejarah multinasional. Provinsi ini terletak di jantung pegunungan Alpen, antara Italia dan Jerman. Secara geografis Tyrol mempunyai kemiripan dengan Pulau Samosir yang bergunung-gunung, dan merupakan salah satu pulau terindah di Indonesia. Pulau Samosir atau kini disebut Kabupaten Samosir, berada di tengah-tengah Danau Toba, tak heran Pulau Samosir menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler di Indonesia.
Di Provinsi Tyrol, tepatnya di Kota Zams, lahir seorang musisi bernama Hermannn Delago. Semenjak masa remajanya, dia telah menggeluti bidang musik, bermain musik dengan beberapa group band, hingga membentuk suatu group band yang bisa membawa mereka populer di Austria dan Eropa, bernama ClockWerk Orange di tahun 1975. Peran penting Hermannn di dalam band ini, sebagai lead vocal dan memainkan alat musik. Atas perannya itu kemudian mampu membuat nama gorup ini dikenal banyak orang, baik nasional maupun internasional.
Talenta alami yang dimiliki oleh Hermannn, baik olah vocal maupun memainkan berbagai macam alat musik, mungkin juga warisan dari ayahnya sebagai musisi dan dirigen sebuah orkestra. Beliau memperdalam ilmunya lewat pendidikan dan lulus dari salah satu universitas musik di Austria. Di samping perkuliahan, band yang dibentuknya juga dijalankan dengan tekun, sembari mengikuti banyak konser, sehingga aksi panggung buat beliau sudah merupakan bagian besar dari hidupnya mulai dari remaja hingga saat ini.
Melihat talenta, pengetahuan dan style musik Hermannn, salah satu organisasi orkestra di Austria tergiur untuk memintanya sebagai pimpinan, dirigen sekaligus arranger untuk orkestra itu. Hermannn pun berhasil membawa nama orkestra itu, menjadi suatu group sangat diminati banyak orang dan di setiap konser yang mereka bawakan selalu dipadati para penonton dan fans. Salah satu kunci keberhasilannya adalah karena bentuk gubahan musik orkestranya unik, terkesan modern, namun tidak melupakan rootsnya. Di Austria, group orkestra sangatlah banyak, namun mayoritas masih membawakan musik-musik klasik. Oleh karena itulah, group Hermannn Delago ini, sangat dikenal di Austria terutama di Propinsi Tyrol dan juga di negara Eropa lainnya.
Pada tahun 1995 Hermann Delago melakukan perjalanan ke Indonesia untuk pertama kalinya dan terpesona melihat berbagai budaya dan musiknya. Perjalanannya dimulai dari Bali. Tak lama setelah itu, dia tiba di Danau Toba, Kabupaten Samosir. Di Bali, dia mendengar sebuah lagu Batak, Butet, dinyanyikan di cafe-cafe. Dia sangat menyukai lagu itu dan langsung mempelajari lagu tersebut di Bali
Setibanya di Kabupaten Samosir, dia sangat merasakan betapa indahnya daerah itu dan ada kemiripan dengan kampung halamannya di Austria. Dia pun jatuh cinta terhadap daerah itu, hingga mendalami keunikan budaya dan musik yang dimiliki oleh penduduk lokal. Salah satu tempat favoritnya adalah Kedai Tuak. Kedai Tuak hampir setiap hari dia kunjungi dan mencoba mendengar dan mempelajari secara terus menerus lagu-lagu Batak, yang setiap hari dinyanyikan di kedai itu.
Setelah kembali ke Tyrol, dia pun sangat serius mempelajari lagu-lagu Batak, baik dalam menyanyikannya maupun memikirkan suatu gubahan orkestra yang cocok dengan lagu-lagu tersebut. Dia pun membuat partitur lagu-lagu Batak, dan membagikannya ke semua musisi orkestranya. Akhirnya lagu-lagu Batak pun menjadi bagian besar dari setiap play list yang dibawakan dalam setiap konser mereka hingga saat ini.
Perjalanannya ke Kabupaten Samosir pun dilakukan secara reguler, demi menambah wawasan terhadap lagu-lagu Batak. Sebelumnya dia pernah mendengar nama seorang musisi Batak muda sangat kreatif, Viky Sianipar. Beberapa album karya Viky, didengar oleh Hermannn dan sangat dia sukai, membuat keinginannya bertemu langsung dengan orangnya. Hal ini pun dilakukannya, menemui Viky Sianipar di studionya, Jakarta.
Pertemuan mereka yang singkat, namun berkesan telah menghasilkan sebuah ide projek, kolaborasi album Batak bernama TOBATAK dan telah didistribusikan secara worldwide. Projek ini mendapat respon sangat positif dari berbagai pihak. Di saat mengerjakan projek ini, Hermannn sendiri meminta kepada salah satu teman dekatnya Henry Manik, untuk menjadi Projek Manger.
Kesuksesan album ini sepertinya belum memuaskan Hermannn dalam menunjukkan kecintaanya terhadap musik Batak dan juga Pulau Samosir. Henry Manik, pria kelahiran Garoga Samosir dan tinggal di Belanda pun mendapat tawaran ide lagi dari Hermannn, yaitu mengadakan konser tour ke Medan dan Samosir, dengan melibatkan 80 orang dari Austria, terdiri dari para musisi, vocalis, dan team lainnya.
Bagi Henry Manik, tawaran ini sangat menantang karena akan melibatkan begitu banyak orang dari Eropa. Tentu juga akan sangat rumit dan butuh pendanaan operasional sangat besar. Namun dengan modal pengalamannya beberapa kali membawa musisi Batak tour konser di Eropa, seperti Marsada Band dan juga kecintaanya terhadap kampung halamannya, terlihat dari berbagai aktivitasnya di Belanda, aktif melakukan promosi terhadap Danau Toba, baik lewat even maupun online dengan menciptakan sebuah website samosirtourism.com. Lewat wadah ini, dia beberapa kali bekerjasama dengan sekolah maupun universitas jurusan pariwisata, dalam hal pengiriman pelajar ke Kabupten Samosir. Dia pun menyambut baik ide tour konser tersebut, dan memikirkan semua hal hal yang berhubungan dengan itu.
Pengurusan pun dimulai dengan mencari dukungan keberbagai pihak di Indonesia, baik pemerintah maupun swasta. Henry Manik pun membicarakan ide ini ke para kenalannya yang berpotensi untuk bisa diajak tukar pikiran, kerjasama, dan bisa saling mengerti jalur tujuan rencana ini, sebagai projek berbasis sosial dan sukarela.
Gagasan besar ini disambut baik oleh beberapa temannya di Medan yang tergabung di Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), diketuai Marulitua Damanik. Melihat konsep rencana dengan mendatangkan banyak orang Eropa ke Sumatera dan untuk menggelar sebuah even, ternyata juga merupakan suatu misi dari organisasi pelaku pariwisata ini.
Mereka pun bersedia meluangkan waktu, pikiran maupun dana sendiri agar hal ini bisa terealisasi. Di bawah nama ASPPI, mereka membentuk suatu team, mengurusi penyelenggaraan konser Hermannn bersama orkestranya di Medan. Mereka juga menilai konsep konser ini merupakan ide menantang buat mereka.
Di Samosir sendiri, rencana projek ini mendapat sambutan baik dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Samosir. Mereka menyadari bahwa rencana ini adalah misi yang perlu didukung untuk menstimulasi kepariwisataan di Kabupaten Samosir. Konon kegiatan ini nantinya juga sangat sesuai dengan tagline Kabupaten Samosir yang sedang digalakkan saat ini. Maka, rencana konser di Kabupaten Samosir pun nantinya, sudah merupakan agenda yang sudah dimasukkan ke paket even mereka untuk tahun ini dan didukung penuh oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Samosir.
Konsep rencana konser akan melibatkan beberapa artis ternama Batak, seperti Viky Sianipar, Tongam Sirait dan seorang artis pendatang baru dan kreatif, Retta Sitorus. Mereka nantinya akan berkolaborasi dengan Hermannn Delago dan group orkestranya. Di samping suguhan orkestra ini, juga akan disajikan sebuah penampilan benar-benar menunjukkan keoriginalan lagu-lagu Batak oleh Marsada Band. Band ini sudah cukup dikenal oleh pecinta lagu-lagu Batak. Band ini telah sukses dua kali tour di Eropa, juga dihaturkan oleh Henry Manik. Di samping semua group ini, ada juga Jajabi Band, yaitu band lokal dari di Tuk-tuk Siadong, akan tampil di Kabupaten Samosir.
“Konser Tour oleh Hermannn Delago & Orkestranya ini mempunyai tujuan untuk menunjukkan rasa kecintaan dan memberi apresiasi tinggi terhadap musik dan lagu Batak, serta menunjukkan bahwa lagu Batak sangat berterima hingga di dunia internasional,” kata Henry Manik, Projek Manager konser ini.
Konser juga menurutnya, untuk menstimulasi pertumbuhan kunjungan pariwisata di Sumatera Utara pada umumnya dan Kabupaten Samosir dengan Danau Tobanya secara khusus. Bertujuan juga agar lebih memperkenalkan Danau Toba ke dunia internasional, lewat group besar yang akan didatangkan dari Austria.
“Tentu juga even ini untuk lebih memotivasi dan menginspirasi generasi muda Batak agar lebih bergiat berkarya dan berkreatifitas di dunia musik atau lagu-lagu Batak, yang ternyata bisa berterima dalam world music. Dengan harapan agar budaya dan tradisional musik Batak dapat dipertahankan dan dikembangkan dengan tanpa meninggalkan rootsnya,” ujarnya.
Ditambahkan Henry, adapun rencana konser akan diadakan di dua lokasi yakni, indoor di Tiara Hotel Convention Medan pada tanggal 20 Augustus 2014, diselenggarakan atas kerjasama dan dukungan penuh ASPPI Medan. Konser outdoor digelar di Open Stage Tuk-tuk Siadong, Kabupaten Samosir pada tanggal 23 Augustus 2014, diselenggarakan atas kerjasama dan dukungan penuh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Samosir.
“Kita semua pihak yang terlibat dalam rencana ini, mempunyai harapan besar, semoga semuanya akan berjalan dengan lancar dan mendapat dukungan dari seluruh pihak. Kita juga berharap seluruh masyarakat meyempatkan waktu untuk bisa hadir dan menyaksikan acara yang unik ini. Karena konser ini merupakan projek yang bisa dibanggakan, terutama karena berbasis sosial, misi budaya dan musik antara Propinsi Tyrol, Austria dengan Sumatera Utara, yang didasari rasa kesukarelaan semua tim yang terlibat dan didukung oleh pemerintah kedua belah pihak,” pungkas Henry Manik. [KM-01]