JAKARTA, KabarMedan.com | Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, dan Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt Dr Victor Tinambunan, beserta jajarannya, dan Tokoh Nasional, Dr Effendi MS Simbolon, sepakat kampanyekan merawat bumi dalam menjaga lingkungan hidup di Sumatera Utara (Sumut).
Hal tersebut disampaikan pengurus PBNU dan Ephorus HKBP dalam pertemuan silaturahmi di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (18/6).
Usai pertemuan tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengucapkan rasa syukur dan mendapat kehormatan karena dapat kunjungan dari Ephorus HKBP, Pdt Dr Victor Tinambunan, beserta jajarannya, dan Tokoh Nasional, Dr Effendi MS Simbolon.
Selain itu, ia juga menyingung dalam pertemuan tersebut saling diskusi tentang berbagai hal yang memerlukan kerja sama antara PBNU dengan HKBP untuk mengupayakan jalan keluar dari masalah yang ada.
“Dalam waktu dekat ini juga kami, Nahdlatul Ulama (NU), akan membuat kesepakatan kerja sama HKPB, karena NU sendiri mengartikulasikan sangat serius di tengah berbagai masalah masyarakat agama harus hadir sebagai sumber solusi,” jelas Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf.
“Dan jangan sampai agama dipandang menjadi bagian dari masalah, maka kita perlu kerja sama antar-komunitas agama ini,” sambungnya.
Kemudian disinggung soal diskusi terkait apa? Ia menjawab banyak hal.
“Kita ini masyarakat banyak masalah, ada masalah antara hubungan umat beragama, kasus kesulitan mendirikan rumah ibadah muncul, kasus-kasus yang lingkungan, kasus ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan banyak hal yang didiskusikan,” jelasnya.
“Jadi kalau diupayakan bersama, kan lebih baik,” lanjutnya.
Kemudian, disinggung soal HKBP sebelumnya bertemu dengan Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, membahas kerusakan lingkungan di Danau Toba, yang diduga dibuat TPL, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf juga membenarkan pihaknya dengan HKBP sudah membahas soal permasalahan tersebut.
“Ya, kami juga membahas itu, dan perlunya suatu konsesus yang rasional mengenai hal tersebut. Bagaimana kita harus menjaga lingkungan hidup, dan pada saatnya yang sama ada kebutuhan untuk memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia ini untuk kemakmuran rakyat,” bebernya.
Ephorus HKBP Serukan Tutup PT TPL
Dalam hal ini, Ephorus HKBP, Pdt Dr Victor Tinambunan menjelaskan, pihak HKBP berterimakasih kepada PBNU telah menerima silaturahmi.
Di samping itu, Ephorus Pdt Victor Tinambunan juga menekankan kepada Ketum PBNU, saat ini HKBP berusaha ikut arak-arakan bangsa Indonesia, termasuk membuat Indonesia damai dalam antara umat beragama.
“Bahkan, tak lain soal melestarikan alam Indonesia ini secara umum. Tetapi, karena secara khusus saya sendiri datang dari Tapanuli Raya, dan diskusi dengan Gus Yahya bahwa HKBP menyerukan untuk menutup TPL,” jelas Ephorus Pdt Victor Tinambunan.
“Karena kami melihat TPL itu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya di Tanah Batak, dan juga Danau Toba yang sangat tercemar. Jadi, hal itu yang saya diskusikan dengan Gus Yahya,” tambahnya.
Selain itu, ia juga membernarkan pada 2021, HKBP dengan PBNU sudah menandatangani MoU, dan ia akui sangat baik apa yang disampaikan Gus Yahya soal menindaklanjuti, baik kedua belah pihak, antara HKBP dan PBNU terkait MoU selanjutnya.
Tak hanya itu saja, ia juga tekankan lagi, saat ini soal TPL, HKBP tidak mau mengutuk, tetapi pihaknya bersikap menolak segala bentuk dari kerusakan alam.
“Jadi, selama 35 tahun kehadiran PT TPL di Tanah Batak, dari pengalaman empiris kami dan dari pemberitaan media, dan juga dari hasil studi, kesimpulan tadi, Tanah Batak sekarang hutannya sudah hampir habis,” bebernya.
“Namun, sekarang malah ada eucalyptus, dan eucalyptus ini merusak alam, karena sungai-sungai kecil sudah habis, dan sungai besar debit airnya sudah berkurang. Sehingga musim kemarau sungai mengering, dan musim hujan sungai meluap, dan terjadi longsor,” pungkasnya.
Di sisi lain, saat disinggung soal nilai agama kepada Gus Yahya, terkait kerusakan lingkungan yang ada di Danau Toba, Gus Yahya katakan, kalau terkait wacana kerusakan lingkungan secara luas, dengan merujuk tradisi dari NU sendiri punya tradisi dari 4 prinsip.
“Pertama, tasamuh, toleran, kedua tawajud, yakni seimbang, dan ketiga tawasuth, yakni tengah, dan keempat i’tidal yang adil,” terangnya.
“Semua masalah, dalam prespektif NU harus dihadapi dengan prinsip itu,” tambahnya.
Namun, soal alam, soal industri dan apapun yang ada permasalahan di masyarakat, kata dia, harus dipandang dan disikapi dengan hal itu. [KM-09]