MEDAN, KabarMedan.com | Inflasi di awal tahun 2018 relatif terkendali, seiring dengan harga pangan yang terjaga. Inflasi IHK Sumatera Utara di Januari 2018 tercatat 0,69% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Januari dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (0,95% mtm).
Namun, capaian itu berada sedikit diatas inflasi nasional yang mencapai 0,62% (mtm). Secara spasial, disparitas inflasi terlihat di 4 (empat) kota IHK Sumatera Utara. Inflasi Kota Sibolga dan Medan berada diatas nasional masing-masing sebesar 1,28% dan 0,71%, mtm. Sementara inflasi di Kota Pematangsiantar (0,54%,mtm) dan Padangsidimpuan (0,28%,mtm) relatif rendah dan berada dibawah inflasi nasional.
“Sumber inflasi bulan ini terutama berasal dari kelompok volatile food (VF) yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,80% (mtm). Namun realisasi tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,55% (mtm) dan rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir sebesar 3,45% (mtm),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara, Arief Budi Santoso, Jumat (2/1/2018).
Inflasi kelompok VF tersebut terutama didorong oleh inflasi komoditas utama seperti beras (3,44%, mtm), cabai merah (2,48%, mtm), daging ayam (5,94%, mtm) dan cabai rawit (12,98%, mtm) seiring dengan belum optimalnya pasokan di beberapa sentra produksi akibat intensitas hujan yang cukup tinggi dan penyesuaian pola produksi bahan pangan, khususnya beras.
Meski demikian, secara tahunan inflasi VF masih relatif rendah sebesar 4,78%, dibawah rata-rata Januari selama 5 tahun terakhir sebesar 5,68%.
“Tertahannya tekanan inflasi VF juga didukung oleh harga beras yang mulai menurun di akhir bulan setelah intensifnya operasi pasar yang dilakukan oleh TPID Sumatera Utara yang bekerjasama dengan BULOG dalam menjaga pasokan,” ujarnya.
Sementara itu, tekanan inflasi administered prices (AP) tercatat 0,37% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,27%, mtm) dan rata-rata historis 5 tahun (0,04%, mtm). Sumber inflasi AP tersebut berasal dari kenaikan tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,07% terkait dengan liburan akhir tahun dan kenaikan harga bensin khususnya non subsidi akibat peningkatan harga minyak dunia.
“Secara tahunan, inflasi kelompok ini menunjukkan tren penurunan sejalan dengan tidak adanya kebijakan AP yang bersifat strategis,” ucapnya.
Di sisi lain, inflasi inti tercatat sebesar 0,27% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,04% (mtm). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kesehatan yang memberikan andil sebesar 0,05% . Namun demikian, peningkatan inflasi inti tersebut juga mengindikasikan membaiknya permintaan masyarakat sejalan dengan perbaikan ekonomi. Sementara itu, ekspektasi inflasi relatif terjaga di tengah penguatan nilai tukar rupiah.
“Ke depan, tekanan inflasi pada tahun 2018 diperkirakan tetap terjangkar pada sasarannya yaitu 3,5±1%. Namun demikian, kenaikan harga pada kelompok volatile food dan administered price menjadi faktor risiko yang perlu mendapat perhatian ke depan,” jelasnya.
Berlangsungnya musim penghujan diperkirakan akan berpotensi mempengaruhi pasokan pangan. Selain itu, harga minyak mentah dunia yang terus meningkat juga berpotensi mendorong kenaikan harga BBM.
“Oleh karena itu, koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia di pusat maupun di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara akan terus dilakukan sesuai roadmap jangka pendek dan menengah TPID, dengan fokus pada upaya menjamin pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, dan menjaga ekspektasi inflasi,” pungkasnya. [KM-03]