Kalender Islam Global Dapat Dijadikan Rujukan Umat Islam Untuk Hindari Perbedaan

Rektor UMSU Dr Agussani MAP (kedua dari kiri), didampingi Kepala OIF UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA (kiri), menyaksikan pengamatan bulan di ruang OIF UMSU, Sabtu malam (19/9/2015).

MEDAN, KabarMedan.com | Kalender Islam Global (KIG) bisa dijadikan rujukan oleh seluruh umat Islam di dunia merupakan solusi menghindari terjadinya perbedaan dalam penetapan berbagai hari besar Islam.

“Kita berharap, para pakar, ulama, fuqaha, dan ahli falak maupun ahli sains dan astronomi serta yang lainnya di dunia segera dapat merumuskan KIG itu untuk menjadi pegangan umat Islam dunia,” kata Ketua Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr H Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar MA, saat menjadi narasumber pada dialog “Pembahasan Perbedaan Penetapan Penanggalan Hijriyah dalam Menyikapi Terjadinya Perbedaan Idul Adha 1436 H”, di aula Program Pascasarjana (PPs) UMSU, Sabtu sore (19/9/2015).

Menurut Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, diskusi-diskusi untuk merumuskan KIG sudah gencar dilakukan di berbagai penjuru dunia. Muktamar Muhammadiyah di Makassar beberapa waktu lalu pun sudah merekomendasikan terwujudnya kalender hijriyah yang bisa digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Salah satu yang masuk dalam nominasi untuk dijadikan KIG adalah Kitab Ummul Qura, yang dipakai Kerajaan Arab Saudi. Dan Ummul Qura ini sama persis dengan Kitab Wujudul Hilal Muhammadiyah.

“Namun, Ummul Qura sepertinya akan tersisih karena ada kalender yang dicetus oleh Jamaluddin Abdul Rahim dari Maroko. Dia sudah melakukan pengujian bulan selama 100 tahun dengan perangkat canggih. Dengan hasil kajian ini diharapkan nantinya hanya ada satu hari satu tanggal di seluruh dunia khususnya dalam penentuan Idul Adha, 1 Ramadan dan 1 Syawal,” jelasnya.

Dia mengungkapkan sebab-sebab terjadinya perbedaan dalam menentukan Idul Adha, 1 Ramadan dan 1 Syawal. Salah satunya akibat sistem kalender ibadah yang digunakan masih bersifat lokal. Karenanya dibutuhkan kalender Islam yang bersifat golobal.

Narasumber lainnya, Prof Nawir Yuslem mengungkap keuntungan metode Hisab dalam menentukan Idul Adha, 1 Ramadan dan 1 Syawal. Antara lain dapat memastikan tanggal jauh ke depan. Kemudian memberi peluang menyatukan penanggalan Islam, lebih pasti dan prediktif, serta hemat biaya.

Dalam kesempatan itu, Rektor UMSU Dr Agussani MAP dalam sambutannya mengapresiasi dialog yang digelar OIF dan Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sumut itu. Biasanya, PWM dan UMSU hanya menggelar diskusi menjelang Ramadan dengan mengundang ahli falak dari NU dan Al-Washliyah.

“Namun sejalan dengan dibangunnya Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU ini, diskusi-diskusi tak lagi secara tradisional, tapi dilakukan kajian-kajian secara akademik dan sainstifik,” kata Agussani.

UMSU sebagai amal persyarikatan Muhammadiyah, katanya, sangat konsen dengan OIF agar menjadi pusat kajian ilmu falak dan atnariksa terunggul di Sumut. Untuk itu, UMSU sudah menginvestasikan Rp1 miliar untuk melengkapi peralatan OIF. Bahkan, katanya, saat ini tengah dimulai pembangunan taman “ruang angkasa” di lantai VII gedung PPs UMSU.

“Bagi pengunjung taman itu nantinya seolah-olah berada di ruang angkasa,” ungkap Agussani.

Dia juga menegaskan, peralatan secanggih apapun yang dibutuhkan OIF, UMSU siap membelinya. “Ini demi marwah persyarikatan Muhammadiyah,” tandasnya.

Seusai dialog, sekira pukul 19.00 WIB para peserta diajak ke ruang OIF di lantai 7 Gedung PPs UMSU untuk melakukan pengamatan bulan melalui teropong canggih. Menurut Agussani, kegiatan ini sangat tepat, karena saat bersamaan di seluruh dunia juga sedang dilakukan acara Observe the Moon Night (pengamatan bulan) 2015. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.