Kalimalam Kembali Rayakan Seni Rupa di Masjid

GORONTALO, KabarMedan.com | Masjid dinilai bukan bukan saja tempat beribadah yang bagi umat muslim, namun juga tempat menemukan dan merenungkan keindahan .

Untuk alasan itu, ketiga kalinya komunitas seni kaligrafi Gorontalo “Kalimalam” menghelat pameran kaligrafi di masjid. Kali ini, pilihan jatuh di pelataran Masjid Besar Ar-Rahman, kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Pameran bertajuk “Khattulistiwa” ini berlangsung dari 21–27 Desember 2017. Pameran juga diisi dengan workshop dasar kaligrafi, diskusi , sketsa bersama Perupa Gorontalo, dan pertunjukan musik.

Kalimalam menghadirkan 33 karya kaligrafi dari Mohammad Rivai Katili dan Rio N Kony. Dua seniman kaligrafi ini dalam beberapa tahun terakhir ini selalu mewakili Provinsi Gorontalo dalam ajang kaligrafi nasional dan pameran seni rupa di Gorontalo maupun di Jawa dan Bali.

Tema Khatulistiwa (Khat Al Istiwa) yang berarti “Garis Batas”, dipilih sebagai langkah ke depan pameran kaligrafi di Gorontalo yang rutin digelar 2 tahun sekali, sekaligus memposisikan diri menjadi ajang gelaran seni kaligrafi di wilayah-wilayah nusantara yang dilalui bentang Khatulistiwa.

Pada pameran ini, Mohammad Rivai Katili tampil dengan 19 karya di atas kanvas. Salah satunya adalah karya berjudul “baku jaga” (88×88 cm, mix media on canvas 2017) yang mengutip potongan surat Attahrim ayat 6 dalam AlQuran. Tentang perintah menjaga keluarga dari siksa api neraka.

“Saya mencoba mengeksplorasi garis tipis tebal meliuk-liuk, pesannya, membentuk sebuah keluarga dan menjaganya itu tak mudah, sedangkan guratan emas mewakili dunia harta awal segala kerusakan diantara keluarga,” katanya, Minggu (24/12/2017).

Sedangkan Rio N Konny tampil dengan 14 karya. Salah satunya berjudul “Lo Rusa” atau “Rusak”. Rio mengutip ayat 41-42 dalam surat Ar Rum dalam kitab Al Quran.

“Potongan ayat ini menjelaskan tentang kerusakan yang terjadi didaratan maupun dilautan dan dikarenakan oleh tangan-tangan manusia yang tidak pernah mensyukuri segala yang telah disediakan oleh Tuhan,” ujarnya.

Khairuddin Ali, ketua panitia pameran mengatakan, sebelumnya Pameran pertama Kalimalam mengangkat tema Rindu Muhammad digelar pada Februari 2013 di Masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo. Pameran kedua dilaksanakan Akhir Desember 2015 di Masjid Baiturrahman Limboto mengangkat tema Maulid Nusantara.

Kaligrafi terlanjur dikenal sebagia karya seni yang identik dengan Islam. merupakan ekspresi semangat Islam kontemporer, bahkan kaligrafi dikenal sebagai seninya seni Islam (The Art of Islamic). Seni kaligrafi juga ditemui di berbagai dinding-dinding, langit-langit masjid serta halaman-halaman buku.

“Seniman kaligrafi dunia Islam menggali warisan kaligrafi mereka dan menggunakan tulisan kaligrafi atau abstraksi dalam berbagai karya seni mereka. Kaligrafi berasal dari terminologi Yunani yaitu kata kallos yang berarti indah dan graphein yang berarti menulis atau tulisan/aksara, tulisan yang indah atau seni tulisan indah,” ungkapnya.

Dalam bahasa Arab kaligrafi disebut khat yang berarti garis. Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan tata cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun atau apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.

Di Gorontalo, seni kaligrafi tidak berbeda dengan perkembangannya di Indonesia pada umumnya. Goresan-goresan seniman kaligrafi Gorontalo umumnya berasal dari pendidikan yang ditempuhnya selama di pesantren. Masih minimnya penghargaan terhadap karya seni, membuat perkembangan seni kaligrafi di Gorontalo berjalan di tempat.

Hal tersebut disebabkan pandangan masyarakat yang masih menganggap kaligrafi adalah bagian dari pesantren dan sebagai salahsatu mata pelajaran wajib di pesantren, juga para seniman kaligrafi umumnya diapresiasi hanya ketika ada perhelatan Musabaqah Tilawati Quran (MTQ).

“Karena itu, kami memilih masjid untuk merayakan seni rupa kaligrafi, tempat berkumpulnya umat Islam, tapi juga terbuka untuk diparesiasi bagi warga non muslim,” pungkasnya. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.