MEDAN, KabarMedan.com | Berparas cantik, putih dan rambut panjang bergelombang tak membuat Leni Ardila malu melakoni pekerjaan sebagai penjaga toilet umum di Taman Ahmad Yani, Medan. Dia sadar, dari pekerjaan itulah, seluruh biaya kuliahnya bisa terpenuhi.
Yah, sudah empat tahun terakhir, Dila, begitu dia disapa, melakoni pekerjaan yang mungkin bagi sebagian orang seusianya adalah pekerjaan yang memalukan. Hebatnya, Dila bekerja sebagai penjaga toilet umum Taman Ahmad Yani, bukan di jam kerja biasa, tapi diatas jam 9 malam hingga menjelang subuh.
Pasalnya, pada sore hari, gadis kelahiran Medan 6 Agustus 1993 itu harus menyelesaikan kuliahnya yang kini tercatat duduk di semester akhir Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) USU.
“Saya kuliahnya sore dari jam 5 sampai jam 9 malam. Setelah itu baru bekerja di sini, jaga toilet umum,” ungkap Dila tanpa sungkan.
Malam itu, Dila mengenakan jaket Hodie atau jaket yang memiliki penutup kepala berwarna merah muda. Bercelana training hitam dan kaus kaki panjang selutut. Busana seperti ini selalu dia kenakan demi menjaga kesehatan, mengingat jam kerjanya akrab dengan embun pagi.
“Insya Allah, sejak bekerja di sini saya tidak pernah sakit. Pekerjaan ini saya bawa santai, bukan menjadi beban,” jelasnya dengan senyum terkembang.
Dila bilang, uang yang dia peroleh dari bekerja sebagai penjaga toilet umum bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membayar kebutuhan kuliahnya.
“Dari pekerjaan ini saya bisa membayar uang kuliah, biaya nge-print tugas-tugas kuliah. Karena saya sedang nyusun skripsi, jadi butuh banyak biaya bang. Gak membebani orangtua,” jelas Dila.
Dila sebenarnya juga tercatat sebagai atlet Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Sumatera Utara. Hobbynya bermain bulutangkis pula, yang membawa alumni SMAN 8 Medan mendapatkan beasiswa saat masih menjadi mahasiswa D3 Fisilkom USU.
Begitu pendidikan D3 selesai, Dila melanjutkan ke jenjang S1, yang otomatis beasiswanya juga terputus. Saat ini Dila fokus mengerjakan skripsi, karena itu aktivitasnya sebagai atlet bulutangkis dikurangi.
Sebagai atlet yang mewakili USU, Dila pernah meraih juara II di ajang IMT-GT kategori beregu putri tahun 2013 lalu. Namun menurut Dila, menjadi atlet bulutangkis masih belum mendapat perhatian serius di daerah ini, itu sebabnya saat ditawari menjadi atlet profesional, Dila lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan.
Awal Jadi Penjaga Toilet
Sebagai penjaga toilet umum Taman Ahmad Yani, kata Dila, berawal dari menemani ibunya, Nurlela yang menjaga toilet itu. “Awalnya main-main saja, nemani Mama. Lama-lama jadi kebiasaan. Akhirnya, saya gantikan tugas Mama jaga toilet di sini,” ujar Dila.
Meski sempat dilarang, namun Dila coba meyakinkan sang ibu. Semua dilakoninya agar bisa mandiri, tidak lagi bergantung dan membebani sang ibu yang saat ini berstatus single parent.
Dila merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Abangnya bekerja di kapal pesir, sementara kakaknya bekerja di Malaysia. Itu sebabnya, sang ibu sempat keberatan anaknya menggantikan dirinya bekerja sebagai penjaga toilet.
“Kedua orangtua saya sudah berpisah sejak saya masih SMA. Karena itu saya bertekad untuk tidak menyusahkan mereka. Harus bisa mandiri. Mungkin dengan begini, saya bisa membahagiakan Mama. Agar Mama tidak merasa gagal membesarkan saya sebagai single parent,” tutur Dila perlahan.
Karena tekad yang kuat itu pula, Dila bisa menjaga diri dari orang-orang yang mengganggunya saat bertugas menjaga toilet. Dila punya trik khusus agar orang-orang yang menggodanya tidak sampai berniat jahat. “Saya tidak ladeni mereka. Pasang muka seram saja,” ucapnya sambil tertawa.
Menurutnya, dukungan orang-orang terdekat membuatnya tetap meneruskan pekerjaan itu. Bahkan sebagian teman kuliahnya, sering datang mengunjunginya saat bertugas malam hari. Termasuk lelaki yang kini menjadi temen dekatnya.
“Dia tidak bisa melarang, atau malu, karena saya bekerja untuk kehidupan saya,” tegas Dila.
Tentu pekerjaan sebagai penjaga toilet umum hanya sementara. Karena Dila punya cita-cita untuk menjadi pramugari. Meski tingginya hanya 158 cm, Dila tetap optimis.
“Mungkin jadi pramugari Garuda bisa. Kalau pun gak lolos jadi pramugari, saya bisa kerja di bank nanti,” tutup Dila soal masa depannya. [ded]