Lagu Kolam Susu karya Koes Plus sangat tepat menggambarkan kesuburan tanah Indonesia. Koes Plus bilang: Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun demikian, jikalau sekejap kita telisik, penggalan syair itu barangkali merupakan ungkapan terhadap kenyataan ironis, setidaknya dengan penggunaan “orang bilang” yang dekat dengan makna “katanya”, sesuatu yang belum pasti atau mungkin hanya harapan yang tak dapat diterapkan. Bagaimana tidak, potensi pertanian Tanah Air adalah “kelezatan” tersendiri bagi bangsa asing, tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Belum lagi menyoal supply chain sektor pertanian Indonesia yang teramat panjang, yang berdampak pada mutu dan harga produk pertanian di pasar.
“Saya melihat kecenderungan bidang pertanian saat ini sedang menaik. Di Sumatera Utara saja misalnya banyak produk pertanian bermutu baik. Hanya saja rantai edar (supply chain) yang terlalu panjang, sangat tidak mengenakkan, khususnya bagi petani. Petani dibayar terlalu murah dan kerap mendorong mereka berutang kepada ‘lintah darat’. Konsumen pun terkena imbasnya, harus membayar terlampau mahal. Rantai itu dapat diputus dengan kehadiran Internet, dengan sebuah website sebagai digital marketplace antara petani dengan pembeli secara langsung. Tidak ada middleman dalam hal ini,” kata Mahendra Sitepu, pendiri PT Hagatekno Mediata Indonesia yang bermarkas di Medan, pembesut website agriculture marketplace paktanidigital.com ini.

Kata Mahendra lagi, pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia sangat pesat. Pada tahun 2016 pengakses Internet di Indonesia mencapai 132 juta orang. Diprediksi pada tahun 2025 angka itu meningkat menjadi 200 juta orang, di mana sebagian di antaranya adalah para petani yang sudah melek Internet dan dipastikan memaksimalkan fungsi komunikasi dan informasi dalam pekerjaannya. Mereka dapat menggunakan paktanidigital.com untuk memperkuat daya jual produk mereka.
“Paktanidigital.com adalah platform yang menhubungkan antara petani sebagai produsen produk pertanian dengan pembeli besar dan retail. Harga produk ditampilkan secara terbuka dan bersaing. Dengan rantai dagang yang lebih pendek, paktanidigital.com dapat menghilangkan peran mafia, penimbun dan tengkulak,” jelas Mahendra.
Disinggung mengenai pemodalan perusahan yang didirikannya itu, Mahendra justru tak ambil pusing untuk “berkelana” mencari rekan pemodal. “Selain membuat paktanidigital.com, dan beragam aplikasi lainnya di Playstore, saya masih mengandalkan uang dari kocek sendiri. Syukurlah monetizing melalui iklan sudah mulai menaik jumlahnya. Hal lainnya saya tidak berpikir memindahkan operasi perusahaan ke Jakarta, walaupun itu memungkinkan kami dapat lebih berkembang. Saya justru akan memindahkan markas dari Medan ke wilayah lain di Sumatera Utara yang lebih dekat dengan wilayah produksi pertanian,” kata pengusaha Sablon Medan ini. [KM-02]














