Membangun Bangsa Dari Sekolah Berkelas Dunia

Siswa SD Negeri 173524 Balige, Toba Samosir, mengajak Direktur Pembinaan SD Kemendikbud Wowon Wirdayat, Kepala Pusat Data dan Pendidikan Kemendikbud Bastrari, dan Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno untuk mendemontrasikan pembelajaran matematika di Gedung A Kemendikbud, Jakarta. Demontrasi untuk menunjukkan perubahan pembelajaran yang terjadi di sekolah sebagai dampak dari program USAID PRIORITAS.

MEDAN, KabarMedan.com | Sejak diluncurkan pada tahun 2012, Program USAID PRORITAS telah bekerja selama tiga tahun di Indonesia. Selama kurun waktu itu, USAID PRIORITAS  berhasil menjangkau 15.300 sekolah. Program ini telah memberikan kesempatan kepada 3,8 juta siswa untuk mendapatkan layanan akses pendidikan berkelas dunia.

“Kami sangat bahagia bisa mendukung sekolah-sekolah di Indonesia menjadi lebih baik. Pencapaian ini telah kami laporkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Minggu ini kami baru saja melalukan showcase nasional di Gedung A Kemendikbud di Jakarta,” kata Provincial Coordinator USAID PRIORITAS Sumatera Utara, Agus Marwan, di Medan, Jumat (30/10/2015)

Agus Marwan lebih lanjut mengatakan, pihaknya mendesain pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh (whole school development/WSD) sebagai cara meningkatkan mutu pendidikan. Pendekatan ini dinilai efektif untuk mendorong partisipasi guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat dan siswa dalam membangun mutu sekolah.

“Sekolah merupakan unsur penting pendidikan, sehingga semua pemangku kepentingan harus dilibatkan. Sampai tahun ini kami telah melatih dan meningkatkan kapasitas 64.000 guru, kepala sekolah dan komite. Tujuannya agar mereka mampu terlibat dan berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan,” tambahnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Medan Prof Dr Syawal Gultom, M. Pd mengatakan, sekolah merupakan kunci pembangunan. Sekolah yang bermutu akan berkontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Karena itu kita harus membangun bangsa dari sekolah,” terangnya.

 Syawal Gultom menyebut tiga komponen yang dibutuhkan guna menghasilkan sekolah yang bermutu, yaitu guru, kurikulum dan budaya sekolah. Guru merupakan komponen penting, karena seluruh perubahan yang ada sekolah dilakukan oleh guru. Dengan mengubah kualitas guru maka  mengubah pula mutu sekolah. Sedangkan kurikulum dibutuhkan untuk mengikat guru dalam mencapai tujuan negara. Kurikulum yang mengatur isi, strategi dan cara penilaian.

“Nah setelah kedua itu ada, barulah kita mulai budaya sekolah. Untuk memulai budaya sekolah, dibutuhkan kepemimpinan. Kepemimpin itulah yang bisa mempercepat budaya sekolah. Mengubah budaya lama menjadi budaya bermutu,” tegas Prof Syawal. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.