Pelayanan Air Minum Indonesia Terburuk se-ASEAN

JAKARTA, KabarMedan.com | Direktur Eksekutif Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia, Subekti mengatakan, pelayanan air minum Indonesia terburuk se-ASEAN. Bahkan kalah jauh jika dibandingkan semua negara di Asia Tenggara.

“Masyarakat kita mengkonsumsi air sangat tidak layak,” katanya dalam acara diskusi Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia, dengan tema ‘Hak Rakyat Atas Air untuk Pembangunan Berkelanjutan’, di Jakarta, Minggu (22/11/2015).

Dilihat dari tingkat layanan di Indonesia, pada tahun 2015 akses air minum yang aman baru 68,8 persen, sementara sekitar 31,2 persen konsumsi air masyarakat belum aman. Akses air minum terdiri dari air minum perpipaan baru 25 persen dan non perpipaan 43,8 persen, atau masih dibawah negara tetangga Singapura dan Malaysia yang mencapai 100 persen.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Forum Daerah Aliran Sungai Nasional, Naik Sinukaban menjelaskan, bahwa Indonesia berada dalam krisis air. Ketersediaan air bersih saat ini bisa dilihat dari banyaknya sungai yang mengalirkan air bersih.

“Pada tahun 2025 sebanyak 321 juta penduduk akan kesulitan mendapatkan air bersih. Hal tersebut terjadi lantaran permintaan air bersih naik sebesar 1,33 kali, berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang kekurangan air,” ungkap Naik.

Di sisi lain cadangan air tanah, green water di Indonesia hanya tersisa didua tempat, yakni di Papua dan Kalimantan. Persediaan air tanah yang cukup akan mempertahankan kesuburan tanah dan menghindari bencana hidrologi, kekeringan. Jika Indonesia bisa mempertahankan volume air tanah sampai 65 persen, siklus tanaman akan terpelihara sehingga sumber pangan pun melimpah.

Basah Hernowo, Direktur Kehutanan dan Konversi Sumbedaya Air Bappenas memaparkan, bahwa green water berbeda dengan blue water yang mengalir, bermuara ke laut. Sumatera, menurutnya merupakan wilayah dengan kondisi air tanah minus. Begitupun Jawa Barat yang hanya memiliki cadangan air tanah 40 persen.

“Untuk Kota Bandung umur air tanah tinggal ratusan tahun, akibat aktivitas industri tekstil yang tinggi, menghambat resapan tanah,” sebutnya.

Dari seluruh persoalan persediaan air, rendahnya akses rakyat atas air bersih dan ancaman bencana hidrologi, tingkat kepedulian masyarakat kepada konservasi air sangat rendah. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.