SAMOSIR, KabarMedan.com | Salah satu komposer yang terlibat dalam Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) Lake Toba Ethnic Music Festival, Martahan Sihotang terisak ketika pulang dari lokasi kegiatan FMTI dan menemukan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim ada di hadapannya.
Nadiem mengunjungi bengkel tempat Martahan Sihotang membuat alat-alat musik tradisional.
Martahan Sihotang merupakan penggiat budaya, bersama dengan adiknya Elvrida Sihotang, ia menggerakkan kegiatan-kegiatan kesenian seperti pelatihan tari Tor-Tor untuk anak-anak remaja, pembuatan kesenian kerajinan dari bambu untuk para ibu di desanya.
Ikut terharu, Menteri Nadiem memuji penampilan para maestro dan pemuda-pemudi di malam puncak FMTI Toba.
Martahan juga mengajarkan Nadiem cara bermain alat musik taganing. Nadiem pun sempat bertanya kepada Martahan tentang bunyi-bunyian yang ia dengar di acara festival.
“Bunyi-bunyian yang saya dengar di FMTI Toba tadi tidak pernah saya dengar sebelumnya. Sangat cantik dan kental kesakralannnya, namun relevan dengan zaman,” ungkapnya.
“Inovasi musik seperti itulah yang saya ingin dengar terus. Perpaduan musik tradisi dengan inovasi dimana sesekali saya mendengar musik hip hop, sesekali musik elektronik. Luar biasa,” tambahnya.
Martahan setuju dengan pendapat Nadiem. Menurutnya, musik seperti itu yang akan merangsang anak-anak muda lebih mencintai tradisinya.
Selain belajar alat musik taganing. Menteri Nadiem meminta Martahan menjelaskan soal alat musik lainnya seperti hasapi, serune dan garantung.
“Terus terang saya selalu memikirkan bagaimana caranya musik ini laku dan dicintai masyarakat luas. Tapi lebih penting, bagaimana secara generik dapat dinikmati anak muda. Saya khawatir musik ini bisa hilang kalau tidak bergerak bersama,” ungkap Nadiem.
Setidaknya, dalam pertemuan Martahan dan Nadiem, ada beberapa hasil diskusi yang akan didalami oleh Mendikbudristek dimana salah satunya adalah pelestarian musik tradisi di Toba.
Martahan mengaku, sebelum bertemu dan bertukar pikiran, ia yakin Menteri Nadiem serius dalam mengemban tugasnya.
Setelah berdiskusi cukup panjang, ia merasa pandangan Nadiem sejalan dengan pemikirannya.
“Saya terharu, karena mendapatkan perhatian. Sudah tiga tahun saya meninggalkan istri dan anak di Jakarta untuk memajukan kebudayaan Toba. Komitmen saya ini ternyata diperhatikan Mas Menteri,” ujar Martahan.
Mendikbudristek melanjutkan malam terakhir kunjungan kerjanya di Sumatera Utara dengan menginap di rumah keluarga Martahan Sihotang.
Sebelum bertolak ke Jakarta, sambil sarapan mie gomak, Menteri Nadiem juga melanjutkan obrolannya dengan penggiat Budaya Batak, Ojax Manalu dan bermain gondang di tepi Danau Toba.
Dari masukan 60 maestro dan pemuda-pemudi penggerak budaya di acara FMTI yang dicatatnya dan obrolan hangat di rumah Martahan Sihotang, Nadiem berharap kebudayaan dapat menyejahterakan masyarakat di kawasan Destinasi Super Prioritas tersebut. [KM-07]