MEDAN, KabarMedan.com | Maraknya kasus kekerasan hingga menyebabkan kematian pasangannya menunjukkan adanya kecenderungan pelaku mengalami gangguan kepribadian yang disebut dengan psikopat.
Seperti yang dilakukan Misran Gurusinga alias Dahlan (36), warga Dusun III Pancur Tiga, Desa Namoriam, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Senin (23/3/2015) yang tega membunuh istrinya bernama Vera Wati boru Ginting (28).
“Tindakan seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang pengecut. Seharusnya suami dapat melindungi istrinya dari kejahatan yang mungkin dilakukan orang lain terhadap keluarganya. Sikap patologis ini membuat orang tidak menduga jika mereka melakukan kejahatan,” kata Psikolog sekaligus Direktur Minauli Consulting, Dra. Irna Minauli, M.Si, Selasa (24/3/2015).
Diungkapkannya, kebanyakan kasus kekerasan terjadi karena pelaku memiliki ketergantungan terhadap narkoba. Karena, tanpa mereka sadari, narkoba telah membuat seseorang menjadi beringas dan tidak memiliki hati nurani.
“Mereka menjadi pribadi yang impulsif dan hanya mengikuti dorongan hatinya saja, tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari perbuatannya. Mereka juga sering kehilangan rasa bersalah dan berusaha untuk mencari pembenaran atas perbuatannya,” ungkapnya.
Diungkapkannya, perilaku kekerasan juga termasuk dalam tipe “Dr Jeckyll and Mr Hyde”. Dimana, biasanya mereka akan menjadi pribadi yang sangat romantis dan menyenangkan.
“Kehidupan pada fase ini terasa bak di surga. Karena tidak ada masalah, maka mereka akan mulai mencari kesalahan dan membangkitkan kemarahannya. Selanjutnya, mereka akan gelap mata dan memukuli pasangannya secara membabi buta,” ujarnya.
Setelah puas memukuli pasangannya, pelaku kemudian akan dipenuhi dengan penyesalan dan berusaha bersikap manis pada pasangannya.
“Mereka akan kembali romantis dan membelikan banyak hadiah supaya pasangannya tidak minta berpisah. Akan tetapi, siklus ini seringkali berulang khususnya ketika mereka dihadapkan pada permasalahan atau konflik dengan pasangannya,” jelasnya.
Menurut Irna, pada dasarnya semua kehidupan perkawinan akan dihadapkan pada masalah. Yang penting adalah bagaimana mengatasi masalah itu tanpa kekerasan.
“Untuk itu, ketika memilih pasangan, kita harus lebih selektif. Banyak perempuan yang awalnya merasa tersanjung ketika memiliki pasangan yang penuh perhatian, tanpa menyadari bahwa mungkin dia adalah tipe posesif atau yang sering disebut berkepribadian ganda,” katanya.
Untuk itu, ia menghimbau kepada wanita untuk dapat mencari pasangan yang matang, seperti tidak gampang emosional agar mereka lebih mengendalikan dirinya.
“Secara umum mereka yang memiliki religiusitas yang baik akan lebih matang emosinya. Selain itu, perhatikan latar belakang kehidupannya. Mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang sering melakukan tindak kekerasan akan berpeluang menjadi pelaku kekerasan bagi istri dan anak-anaknya kelak,” pungkasnya. [KM-03]