Salak Deli Serdang Rambah Pasar Thailand

MEDAN, KabarMedan.com | Salak madu asal Tiga Johar, Deli Serdang Sumatera Utara merambah pasar ekspor. Buah bernama latin Salacca Edulis ini menjadi perhatian utama untuk negara Thailand, sebagai tujuan ekspor perdana kali ini.

Direktur CV. Sinar Ponti sebagai petani sekaligus eksportir Dedi Juliardi, mengaku senang karena harga pasar ekspor bisa jauh lebih tinggi dibandingkan harga lokal.

“Dari informasi harga ekspor bisa mencapai Rp68.000 per kg sedangkan pasar lokal sekitar Rp20.000 per kg,” katanya, Selasa (27/8/2019).

Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) pun mengapresiasi petani dan eksportir di wilayah Sumatera Utara.

“Kita patut apresiasi prestasi ini. Kita bantu dari sisi informasi dan pemenuhan phytosanitarynya,” ujar Ali Jamil, Kepala Barantan saat melepas perdana ekspor salak madu dari Deli Serdang ke Thailand, di Kantor Karantina Pertanian Medan di Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ia mengaku, pihaknya sesuai dengan tugasnya memastikan produk pertanian ini memiliki daya saing dan diterima sesuai persyaratan ekspornya.

“Pemeriksaan dilakukan oleh petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional. Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya,” ungkapnya.

Baca Juga:  Arya Syahdanu Resmi Terpilih Jadi Ketum PERMAIS

Selain itu, katanya, layanan pemeriksaan ekspor juga dilakukan dengan sistem jemput bola, yaitu pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan.

Jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan, sehingga mengurangi reject saat penyortiran.

“Untuk budidaya dan penerapan good farming practice kita juga bekerjasama dengan instansi terkait di daerah supaya kita dorong bersama, kita kibarkan merah putih di berbagai negara,” jelasnya.

Dari data Kementerian Pertanian, ekspor buah salak terus meningkat. Pada tahun 2017 tercatat hanya mencapai 965 ton, sedangkan pada 2018 ekspornya mencapai 1.200 ton atau senilai Rp. 19,7 miliyar. Dengan tujuan ekspor ke lebih dari 30 negara mitra dagang, seperti China, New Zealand, Saudi Arabia, Singapura dan Belanda.

Selain melepas 400 kg salak ke Thailand, juga dilepas berbagai komoditas ekspor dari Medan, seperti bambu, rempah-rempah, kopi, bunga potong, daun jambu dan sirsak, ubi jalar, getah pinus, sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara seperti ke Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, UK, USA, China dan Rusia dengan total nilai Rp. 131,3 miliyar.

Baca Juga:  Mantan Pimpinan Cabang Bank Sumut Sei Rampah Jadi Tersangka Kasus Penyalahgunaan Fasilitas Kredit Tahun 2015

Hafni Sahara, Kepala Karantina Pertanian Medan mengaku, pihaknya mendorong masyarakat terutama calon eksportir baru dari kalangan millenieal agar mau mengambil bagian menjadi eksportir komoditas pertanian.

“Lewat program Agro Gemilang, Karantina Medan memberikan berbagai informasi dan bimbingan agar calon eksportir baru mudah memahami persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) dari negara tujuan,” tambahnya.

Ia mengaku, peta komoditas pertanian ekspor (iMace) yang selama ini diberikan pada pemerinrah daerah, informasi umumnya juga bisa didapatkan di kantor layanan Karantina Pertanian Medan. Menurutnya, informasi tentang pangsa pasar atau negara tujuan ekspor juga dapat dibagikan ke para calon eksportir baru.

Bupati Kabupaten Deli Serdang, H. Ashari Tambunan juga mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Kementan lewat Barantan tersebut. Ia dan SKPD yang ada dibawahnya akan bekerjasama untuk mewujudkan upaya tersebut. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.