Pandemi Hambat Akselerasi Kopi Sidikalang 1.000 Ha Per Tahun

Ilustrasi kopi Sidikalang.

MEDAN, KabarMedan.com | Pandemi COVID-19 berdampak terhadap akselerasi kopi Sidikalang. Target penambahan lahan 1.000 hektare per tahun mengalami hambatan. Kepercayaan masyarakat harus dibangkitkan untuk kejayaan kopi Sidikalang.

Bupati Dairi, Eddy Keleng Ate Berutu mengatakannya saat ketika dikonfirmasi di Belawan, pekan lalu. Dijelaskannya, banyak yang terdampak oleh COVID-19, tak terkecuali petani kopi Sidikalang.

“Semua terdampak, termasuk petani kopi Sidikalang. Walaupun sebelumnya kita ini tidak kota besar, work from home (WFH) itu kan terjadi di kota besar, Medan, Jakarta atau lainnya. Kita ini kan di pedalaman, jadi relatif aman,” katanya.

Akan tetapi, lanjut dia, ada banyak faktor lainnya yang membuat petani kopi Sidikalang terdampak. Pembelian kopi melambat, orang yang sebelumnya mengkonsumsi kopi, karena uangnya berkurang, akhirnya tidak jadi membeli dan lain sebagainya.

“Khusus kopi, sebelum COVID-19, Kabupaten Dairi sudah bertekad mengakselerasi kejayaan kopi Sidikalang. Karena dulu jaya, sampai ke istana negara segala macam pakai kopi Sidikalang,” katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, sekarang kopi Sidikalang relatif susah dicari. Dalam upaya akselerasi itu, lanjut dia, pihaknya sudah melakukan penanaman. “Saya harapkan 350 hektare tanam baru, bibit kita kasih gratis kerjasama swasta. Kita minta mereka ikut turun tangan,” katanya.

Pihaknya memastikan jika nanti sudah mulai berbuah, maka pemerintah dan swasta siap menjadi off taker atau yang mengambil hasil panen petani. Dengan begitu pihaknya berharap bisa membantu mengembalikan kejayaan kopi Sidikalang.

Penananam itu sendiri, sudah dimulai sejak Agustus tahun lalu, dan sekarang sudah ada yang berbunga. “Kita bertekad kalau bisa 1.000 ha per tahun untuk penambahan dan penyisipan. Yang sudah tua dipotong, diganti. Tapi sedikit terhambar karena COVID-19,” katanya.

Menurutnya, hal yang sulit adalah mengembalikan kepercayaan petani yang sudah terpukul dengan jatuhnya harga. “Masyarakat kan terpukul sudah tanam, harga jatuh. Haduh, dia putus asa. Sekarang dibalikin kepercayaanya, kita hadir, ah masak sih. Memang bener pak, begitu,” katanya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Ketahanan Pangan Sumut, kebun kopi arabika di Sumut seluas 77.765 hektare (angka sementara/ASEM), tersebar di 12 kabupaten.

Sedangkan untuk kopi robusta, seluas 17.609 hektare (ASEM). Dari data tersebut, untuk Kabupaten Dairi, kebun kopi arabika seluas 12.000 hektare dengan kopi robusta seluas 8.429 hektare di 13 kabupaten. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.