Bangsa Indonesia Pernah Gunakan Uang Emas

[Kabarmedan.com ] – Puluhan keping uang emas dalam satuan dinar  di Aceh baru-baru ini telah mengembalikan memori masyarakat akan   suatu mata uang yang pernah mereka gunakan sehari-hari di masa lalu.

Uang dinar emas itu  menunjukkan jejak nyata bahwa masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia pada umumnya telah mengenal mata uang yang diakui antar bangsa dan terlibat dalam pusaran perdagangan dunia jauh sebelum Republik Indonesia melakukan perdagangan bebas berdasarkan aturan WTO.

“Bangsa kita pernah mengenal satuan emas sebagai mata uang yang diterima oleh seluruh masyarakat dunia. Berbagai penemuan terakhir menunjukkan bahwa mata uang emas itu telah digunakan secara umum, bahkan dalam urusan perdagangan yang melibatkan pedagang-pedagang asing yang datang dari berbagai penjuru dunia,” ungkap sejarahwan Unimed Dr (phil) Ichwan Azhari, MS yang akan hadir pada  seminar Mata uang Emas pada, Senin (16/12/2013) mendatang.

Selain menghadirkan Ichwan Azhari, seminar ini juga akan mendatangkan pemateri dari Jakarta, Ir Zaim Saidi, MPH, selaku Direktur Wakala Induk Nusantara (WIN) yang telah mengedarkan kembali uang dinar emas dan dirham perak di Indonesia. Zaim Saidi dalam berbagai kesempatan berbicara di media massa maupun televisi nasional mengatakan, uang emas (dinar) dan perak (dirham) merupakan mata uang yang paling kuat kedudukannya sepanjang masa karena nilainya yang intrinsik.

Sebaliknya, uang kertas (fiat money) telah membawa penurunan nilai tukar dari waktu ke waktu dan merugikan masyarakat yang memegangnya. “Dalam uang kertas itu, terkandung sifat ribawi dan unsur ketidakadilan karena kemampuan tukarnya yang terus menurun, yang oleh pakar ekonomi disebut secara wajar dengan istilah inflasi,” katanya.

Zaim Saidi menegaskan, uang emas sudah terbukti pernah menjadi mata uang bangsa-bangsa di Nusantara yang diotorisasi oleh sultan-sultan yang berkuasa pada saat itu. Karena pernah menjadi alat tukar di Nusantara, maka ia pun dapat dikembalikan lagi sebagai alat tukar di era moderen ini, agar Indonesia bisa kembali menduduki posisi penting dalam perdagangan global sebagaimana di masa lampau. “Tugas pokok kita hari ini adalah melawan sistem ekonomi riba yang difasilitasi oleh pemakaian uang kertas,” katanya.

Selain menyelenggarakan seminar, PUSSIS Unimed dan Wakala Induk Nusantara sebagai penyelenggara acara ini juga menghadirkan pameran koin emas dan pasar terbuka yang menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukarnya. Masyarakat diundang untuk menyaksikan dan merasakan pengalaman berjual beli dengan menggunakan dinar emas dan dirham perak. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.