Dompet Dhuafa Respon Bencana Kekeringan di Berbagai Wilayah 

JAKARTA, KabarMedan.com | Lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa merespon bencana kekeringan yang tengah melanda sebagian besar wiliayah di Indonesia.

Salah satunya, Dompet Dhuafa merespon bencana kekeringan di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi sejak Rabu (29/7/2015) hingga Jumat (31/7/2015).

“Tim telah melakukan dropping sebanyak 67.400 liter air bersih di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. Sebanyak 580 kepala keluarga menjadi pemetik manfaat,” ungkap Direktur Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, Asep Beny, Jumat (31/7/2015) di Jakarta.

Sebelumnya, tim melakukan survei guna melihat langsung kondisi di kawasan tersebut. Tim pun memilih lokasi masjid sebagai tempat distribusi air lantaran di masjid menjadi pusat publik warga setempat.

Bencana kekeringan kali ini memang terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dikelurakan pada Kamis (30/7/2015), daerah-daerah seperti Jawa, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTB, dan NTT telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari. Berdasarkan pantauan peta monitoring Hari Tanpa Hujan, wilayah-wilayah tersebut telah kering sejak Mei 2015.

Berbagai dampak pun dirasakan atas kekeringan yang melanda. Contohnya di Kecamatan Cibarusah, masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani mengalami gagal panen.

“Gagal panen yang ada di Desa Ridogalih cukup banyak. Ada lah separuhnya yang gagal panen. Yang lainnya bisa panen tapi hasilnya tidak begitu bagus. Banyak padi yang kosong. Orang tua saya petani. Selama hampir tiga bulan ini orang tua saya tidak ada aktivitas sama sekali karena sawah kering,” ujar salah satu warga Desa Ridogalih, Abdul Aziz (25).

Lebih lanjut Abdul menuturkan, kekeringan di desanya berlangsung sejak tiga bulan lalu. Sungai di desanya menjadi berlumut mengakibatkan kualitas air yang buruk. Mereka menggali sumur di sekitar sungai untuk keperluan mandi dan cuci.

“Kalau sumurnya kering, kami buat sumur lain. Untuk keperluan air minum dan memasak, kami beli dari warung. Sekarang pun persediannya berkurang. Saat seperti ini kami beli air di tempat yang agak jauh sekitar empat kilometer,” katanya.

Respon jangka pendek hingga jangka panjang

Merespon kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di kawasan di Indonesia, Dompet Dhuafa menyiapkan strategi jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang.

“Respon cepat kami adalah dropping air berupa mobil keliling ke daerah di Jabodetabek seperti yang dilakukan di Kecamatan Cibarusah dan sejumlah kota di Pantura,” ujar Direktur Pengembangan Sosial Dompet Dhuafa, Nana Mintarti.

Untuk wilayah yang menjadi penerima manfaat dari penyaluran air ini masih dalam tahap penyeleksian. Nana menjelaskan, Dompet Dhuafa akan menyasar wilayah Jabodetabek dan beberapa titik di Pantai Utara.

“Selain itu, kemungkinan wilayah lain adalah Serang dan Lebak di Banten. Kemudian beberapa wilayah program pertanian Dompet Dhuafa seperti di Blora, Tuban, dan Ponorogo juga menjadi sasaran,” imbuh Nana.

Nana menuturkan bencana kekeringan kali ini disebabkan faktor alam yakni imbas fenomena el-nino yang telah mencapai level moderat dan juga faktor manusia karena penggunaan lahan yang tidak ramah lingkungan.

Bencana kekeringan ini jelas kian memperparah defisit air bersih. Padahal, saat ini saja di Pulau Jawa hanya memiliki tutupan lahan hutan kurang lebih 10 persen.

“Karenanya penggunaan air bersih secara bijak setiap individu harus dikampanyekan dan disosialisasi. Setiap manusia kebutuhan air untuk pemenuhan pokoknya minimal 20 liter per orang per hari,” jelasnya.

Sementara, sejumlah strategi jangka menengah psun turut dirancang Dompet Dhuafa dalam penanganan bencana kekeringan. Strategi tersebut berupa pembuatan tandon atau bak penampungan air berbasis fasilitas publik seperti masjid di wilayah yang mengalami kekeringan. Pembuatan tandon air ini memudahkan saat penyaluran air dilakukan. Selain untuk kebutuhan memasak, tandon air juga bisa dimanfaatkan sebagai cadangan air. Tandon air ini dibuat permanen.

“Masjid sengaja dipilih karena semua orang bisa mengakses. Penyediaan tandon air tidak hanya diperuntukkan saat musim kemarau tetapi juga saat musim penghujan. Tandon air ini bisa dijadikan sebagai tempat penampung air hujan,” lanjut Nana.

Selain penyediaan fasilitas pendukung, advokasi terhadap masyarakat setempat menjadi rencana jangka panjang. Advokasi tersebut berupa desain rumah yang bisa menampung air. Tempat penampungan air ini berada di bawah tempat tinggal penghuni. Ada dua keuntungan dari desain rumah seperti ini yaitu bisadijadikan tempat untuk distribusi air dan juga bisa difungsikan sebagai tempat penampungan air hujan.

Sejatinya dalam merespon dampak kekeringan seperti defisitnya suplai air bersih, Dompet Dhuafa tidak hanya dilakukan saat kekeringan melanda. Dompet Dhuafa memiliki program Air untuk Kehidupan di berbagai wilayah di tanah air untuk memastikan ketersediaan air bersih baik sebelum maupun saat bencana kekeringan melanda.

“Hingga saat ini program Air untuk Kehidupan berjalan di 34 titik seluruh Indonesia. Dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 40.885 jiwa,” tukas Nana.

Ketigapuluh empat titik Air untuk Kehidupan bergulir yang bergulir yakni Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Dompu, Sumbawa, Flores Timur, Bojonegoro (2 titik), Ponorogo (2 titik) Jember (2 titik), Probolinggo, Malang, Gunung Kidul, Lebak, Lampung Selatan, Pasawaran, Tasikmalaya, Jakarta Utara, Padang Pariaman, Solok, Banyuasin (2 titik), Muara Enim, Tanjung Balai, Timur Tengah Selatan, Rote Ndau, Kutai Karta Negara, Gorontalo Utara, Banjarnegara, Blora, Makassar, dan Serang. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.