MEDAN, KabarMedan.com | PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre I SUmenggelar acara Ngopi Bareng KAI #3 – Enjoy Your Journey With Indonesian Coffee. Program ini diselenggarakan selama dua hari yaitu Senin-Selasa, 11-12 Maret 2019 di Stasiun Medan.
Pada acara di tahun ini, masyarakat dan penumpang kereta api dapat menikmati kopi gratis yang KAI siapkan sebanyak kurang lebih 1250 cup selama 2 hari di Stasiun Medan.
Untuk menyuguhkan kopi gratis di stasiun dan kereta api, KAI bekerja sama dengan Komunitas Kopi Nusantara merangkul 200 barista lokal profesional yang akan meramu dan menyuguhkan kopi gratis kepada para pecinta kopi di stasiun dan di kereta api jarak jauh dan menengah.
Manager Humas PT KAI (Persero) Divre I SU M. Ilud. Siregar menyatakan Masyarakat dan penumpang KA yang ingin mendapatkan kopi gratis ini cukup menunjukkan aplikasi KAI Access yang sudah terinstall dan terdaftar di ponselnya kepada petugas di area festival di StasiunMedan.
Enang Suhendar Deputy Vice President PT KAI (Persero) Divre I SU, mengatakan bahwa Ngopi Bareng KAI merupakan wujud dukungan KAI untuk memperkenalkan kopi lokal Indonesia.
Dia berharap kegiatan ini dapat memberikan edukasi serta wawasan seputar kopi di Nusantara sehingga mampu meningkatkan daya saing kopi asli Indonesia di masyarakat luas.
Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawaty mengatakan, provinsi ini sebenarnya memiliki brand kopi yang sangat digemari konsumen luar negeri karena citarasa yang khas serta memiliki beraneka ragam single origin dan specialty.
Dia kemudian menunjukkan data realisasi ekspor kopi melalui Belawan berdasarkan SKA 2018 (Januari – Desember) yang dicatat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara. Berikut ini datanya, kopi Arabika sebesar 60.763,017 ton senilai 342.434 US$.
Robusta sebesar 2.202,432 ton senilai 5.428,126 US$. Lain-lain, sebesar 1.944,604 ton senilai 8.314,727 US$. Jika ditotal jumlahnya 64.910,053 ton dengan nilai 356.177,408 US$. “Negara tujuan ekspor kopi kita adalah Amerika, Jerman, Jepang, korea, Belanda, China,” katanya.
Dia berharap, petani dapat meningkatkan mutu produknya. Sumatera Utara sendiri, sudah mengarah pada kopi organik dengan meminimalisir pupuk dan pestisida kimia karena negara tujuan ekspor sangat sensitif terhadap residu bahan kimia.
“Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut sudah mulai melakukan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatan produk kopi dan menginisiasi generasi milenial untuk terlibat pada agribisnis kopi,” katanya.
Hanya saja, untuk individu eksportir, perannya masih belum terlihat secara langsung kepada petani. Ke depan, lanjut dia, diharapkan para eksportir dapat berperan serta dalam melaksanakan pendampingan petani sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutunya.
“Dan yang tak kalah pentingnya, meningkatkan sinergitas dengan pemerintah daerah. Karena meningkatnya nilai ekspor kopi tidak terlepas dari kolaborasi stakeholder terkait seperti pemerintah, eksportir, pelaku usaha dan petani dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka,” katanya. [KM-05]
.