Pada tanggal 22-28 April 2016 misalnya, Kota Medan menjadi tuan rumah turnamen basket se-ASEAN bertitel SEABA U-18 Championship for Men. Enam negara bertetangga turut ambil bagian dalam kompetisi itu, yakni Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Laos dan Indonesia sendiri selaku tuan rumah. Masing-masing kontingen mungkin saja membawa 15-20 orang dalam tim yang menggunakan transportasi udara, menginap di hotel, membutuhkan konsumsi serta jasa cuci pakaian.
Selama hari pertandingan mereka juga menggunakan transportasi bis dan berbelanja kebutuhan atau membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Kegiatan ekonomi bertambah lagi dengan jasa hiburan, wisata, fotografi dan jasa-jasa lainnya. Belum lagi jika dihitung dengan perputaran uang yang dikeluarkan penonton seperti tiket masuk dan membeli makanan serta minuman di sekitar lokasi pertandingan.
Demikianlah banyaknya elemen yang terkena dampak berlapis dari sebuah kegiatan MICE. Oleh karena itu, agar industri MICE semakin berkembang, Medan harus lebih memperhatikan sarana dan prasarana pendukung untuk kenyamanan dan ketertarikan peserta dan penyelenggara kegiatan MICE.
Masing-masing sektor kiranya lebih proaktif untuk menggelar kegiatan berskala nasional terlebih-lebih internasional, apakah dengan menciptakan kegiatan baru yang asli Medan atau dengan menarik agenda rutin yang selama ini dilaksanakan di luar daerah atau di luar negeri sehingga dapat diselenggarakan di Kota Medan. Kolaborasi Pemerintah, Pemerintah Kota, dan organisasi non Pemerintah termasuk masyarakat yang harmonis adalah kunci sebenarnya dalam peningkatan industri MICE di Medan.
(Penulis merupakan Pemerhati Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berdomisili di Medan)












