Menciptakan Pariwisata Buatan Ala Jatim Park di Sumut, Mungkinkah?

Pasar Terapung Diatas Danau Buatan di Jatim Park
Pasar Terapung Diatas Danau Buatan di Jatim Park

Jika dihitung separuhnya saja kemudian dikalikan dengan rata-rata harga tiket terusan maka bisa diperoleh angka 3 miliar rupiah yang diperoleh hanya dari tiket masuk. Sebuah industri pariwisata yang luar biasa, bukan? Menariknya, destinasi wisata itu adalah sesuatu yang diciptakan! Bukan dengan pemanfaatan warisan keindahan alam, budaya atau sejarah seperti yang dimiliki Bali, Yogyakarta dan Danau Toba.

Tanpa peninggalan candi, mereka buat candi sendiri. Tanpa ada danau, mereka buat danau sendiri beserta dengan pasar terapungnya yang unik. Tanpa ada pantai, mereka kompensasi dengan aquarium dan wisata hutan dan ribuan koleksi satwa dari seluruh dunia. Tanpa ada pertunjukan tarian budaya, mereka substitusi dengan museum mobil dan motor antik, pesawat terbang dan tak lupa museum budaya nusantara.

Tanpa harus ke Universal Studio, Anda bisa keliling dunia dengan desain dan replika suasana kota-kota terkenal lengkap dengan gaya bangunan dan kendaraaan khasnya. Semuanya dibuat sendiri dan menjadi komoditi jualan yang laris manis.

Logika sederhananya, kawasan yang sudah tercipta indah seperti Danau Toba harusnya sudah bagaimana lagi? Jika menikmati Danau Toba dan menjelajahi alam sekitarnya butuh empat hari, maka perlu ditambah tiga hari lagi untuk menjalani wahana-wahana seperti Jatim Park, seandainya ada. Genap seminggu bisa menahan para turis.

Itu belum lagi kalau traveling ke Tanah Karo dan Bahorok. Medan? Pastilah kecipratan, karena perannya sebagai kota transit dan penghubung daerah-daerah di Sumatera Utara. Atau kawasan seperti Jatim Park itu dibuat di Medan aja?.

(Penulis merupakan Pemerhati Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berdomisili di Medan)

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.