
GUNUNG SITOLI, KabarMedan.com | Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arif Yahya menargetkan tingkat kunjungan wisata ke kepulauan Nias mencapai 1 juta wisatawan pada tahun 2024 mendatang. Target tersebut akan tercapai jika didukung sarana dan prasarana memadai seperti bandara, hotel dan layanan wisata lainnya.
Hal itu disampaikan Arif Yahya dalam acara peringatan 10 tahun gempa Nias sekaligus peletakan batu pertama Monumen Gempa Nias di lokasi reklamasi Jl Susur Pantai, Kota Gunung Sitoli, Sabtu (28/3/2015).
Hadir dalam acara tersebut Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly, Duta Besar (Dubes) Republic Seychelles untuk ASEAN Nico Barito, Dirjen Kementerian Perhubungan, Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Ir H Tengku Erry Nuradi MSi, Bupati Kutai Timur selaku Ketua Umum Assosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Dr Isran Noor, Walikota Gunung Sitoli Martinus Lase MSP, Bupati Nias Drs Shokizatulo Laoly, Bupati Nias Utara Drs Edward Zega, Bupati Nias Barat A Aroziduhu Gulo, Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi/ Dandim 0213/Nias Letkol Inf Luhut Bernandus Sidabariba, unsur FKPD Kepulauan Nias, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Arif mengatakan, meski memiliki banyak keunggulan wisata, tingkat kunjungan wisata ke Kepulauan Nias masih rendah, tercatat tidak lebih dari 25 ribu pengunjung tiap tahunnya.
“Penyebab utama adalah akses yang masih terbatas menuju Nias. Bandara Binaka belum mampu melayani pewasat berbadan lebar karena landasan pacunya tidak mendukung,” sebut Arif.
Untuk itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan bersinergi dengan Kementerian Perhubungan dan sejumlah kemententerian terkait dalam menyiapkan bandara yang layak.
“Saat ini panjang landasan pacu yang tersedia sekitar 1.600 meter. Layaknya harus mendapatkan pengembangan minimal menjadi 2.500 meter, agar dapat melayani pesawat berbadan lebar dari beberapa negara,” ujar Arif.
Arif optimis, keberadaan bandara dan ketersediaan sarana pendukung lainnya, dapat memicu tingkat lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara, karena aksen menuju Nias semakin mudah.
“Bicara target, selama ini tingkat kunjungan ke Nias masih sekitar 25 ribu orang pertahun. Tahun 2019 diharapkan meningkat menjadi 100 ribu orang dan tahun 2024 bisa mencapai 1 juta orang,” ucap Arif.
Target tersebut akan tercapai, karena Kepulauan Nias memiliki wisata alam, wisata bahari dan wisata budaya yang luar biasa.
“Kementerian Pariwisata memasukkan arsitektur Nias menjadi salah satu calon Arsiterktur Nusantara Terbaik Nasional. Ini merupakan bentuk pengakuan yang tidak ternilai terhadap budaya Nias,” tambah Arif.
Industri Pariwisata layaknya mendorong peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Pemerintah Kota (Pemko) Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat dan Pemkab Nias Selatan yang ada di Kepulauan Nias.
“Seorang wisatawan mancanegara lazimnya menghabiskan sekitar $ 1000. Sudah dapat dibayangkan berapa pendapatan daerah jika kunjungan wisatawan mencapai 1 juta orang,” sebut Arif.
Meski mengalami peningkatan, industri pariwisata nasional masih menempati urutan ke 4 setelah industri arranges, batubara dan kepala sawit. Untuk itu, Kementerian Pariwisata terus melakukan terobosan untuk menggenjot industri pariwisata nasional.
Selain sarana, pariwisata di Kepualauan Nias akan bangkit jika masyarakat membudayakan pelayanan terbaik kepada para pengunjung. Tanpa pelayanan, destinasi wisata tidak akan berkembang.
“Masyarakat harus mendapat pelatihan keahlian dalam memberikan pelayanan. Tidak cukup dengan keramahan, tetapi juga mengedepankan kenyamanan pengunjung,” tambah Arif.
Sementara Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Hamonangan Laoly mengatakan, pemerintah pusat telah memberikan bebas visa untuk 45 negara yang sebelumnya hanya 30 negara. Pembebasan visa ini dimaksudkan untuk memicu tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
“Pemerintah pusat juga melakukan berbagai kebijakan untuk mendorong tingkat kunjungan wisata di Indonesia, teramuk ke Kepulauan Nias. Mari kita bangun pariwisata di Nias, dampak positif dari kebijakan bebas visa yang diberlakukan,” ajak Yosanna.
Yosanna juga berpesan kepada Walikota dan Bupati di Kepulaun Nias untuk membuat program khusus kepada masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman untuk menerima kehadiran orang luar yang datang berwisata.
“Dalam banyak diskusi, kita sering membahas tentang kultur masyarakat Nias. Untuk mendukung Nias sebagai destinasi wisata internasional, masyarakat harus membuka diri dengan kehadiran pengunjung,” saran Yosanna.
Wagub Sumut Tengku Erry Nuradi menyebutkan, Monumen Gempa Nias tidak hanya untuk mengenang lebih dari 1000 orang yang menjadi korban gempa bumi yang meluluhlantakkan Nias pada 28 Maret 2005 lalu, tetapi juga sebagai tonggak awal kebangkitan wisata di Kepulauan Nias.
“Mulai saat ini, Nias itu menjadi singkatan dari Nusa Indah Andalan Sumatera. Singkatan ini menjadi semangat agar Nias bangkit menjadi destinasi wisata bertaraf internasional,” harap Erry.
Gempa Nias, telah memberikan pelajaran berharga kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang indahnya arti kebersamaan, solidaritas, persaudaraan dan harmonisasi antara sesama umat manusia.
“Ini adalah salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari bencana gempa. Tidak hanya pemerintah pusat, dunia internasional juga turut memberikan perhatian sangat besar terhadap gempa dan tsunami di Nias dan Aceh,” papar Erry.
Akibat bencana tersebut, Nias mengalami kebangkitan sengat pesat pasca rehabilitasi dan rekonstruksi dengan pembangunan sejumlah sarana dan prasarana umum, perkembangan ekonomi hingga memicu tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Erry juga memacu semangat Pemko dan Pemkab di Kepulauan Nias untuk menyejajarkan diri dengan Negara Republik Seychelles, salah satu Negara kepulauan di pantai barat Afrika yang terkenal dengan industri pariwisata.
“Kekayaan alam Kepulauan Nias jauh lebih baik dari Negara Republik Seychelles dengan populasi penduduk tidak lebih dari 100 ribu orang. Tetapi Seychelles sangat maju dalam bidang pariwisata. Saat ini, Seychelles punya 20 hotel bintang 5 yang memberikan berbagai pelayanan wisata. Bahkan Seychelles menjadi tempat honeymoon Pangeran Willam dari Inggris,” papar Erry.
Dalam kesempatan yang sama, Erry meminta kepada Kementerian Perhubungan untuk memberikan perhatian terhadap penyiapan kelayakan Bandara Binaka agar mendukung Nias sebagai destinasi wisata internasional.
“Tahun 2000, belum ada penerbangan ke Nias. Gubernur Sumatera Utara saat itu, Almarhum Tengku Rizal Nurdin menjalin kerjasama dengan sejumlah pihak untuk membuka penerbangan dari Bandara Polonia Medan menuju Gunung Sitoli. Makan dibentuk Sumatera Airline atau Sutra Air. Inilah cikal bakal penerbangan dari Medan menuju Kepulauan Nias,” kenang Erry.
Meski minat penumpang relative minim, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten di Kepulauan Nias sepakat membantu biaya operasional penerbangan.
“Saat ini, beruntung sudah ada 5 flight penerbangan dari Bandara International Kualanamu menuju Bandara Binaka Gunung Sitoli. Dengan adanya perbaikan dan pengembangan bandara nantinya, kita berharap tidak hanya didarati pesawat jenis ATR dengan kapasitas penumpang sekitar 72 orang, tetapi juga jenis CR-100, Bombardier atau pesawat berbadan lebar lainnya,” harap Erry.
Erry juga optimis, peningkatan industri pariwisata akan mendongkrak PAD di Kepulauan Nias.
“Mari kita jadikan Kepulauan Nias menjadi tujuan wisata terdepan di wilayah Indinesia bagian barat,” ajak Erry.
Dubes Republic Seychelles untuk ASEAN Nico Barito mengatakan, pihaknya telah merangkul sejumlah pihak untuk membangun Kepulauan Nias menjadi destinasi wisata internasional, salah satunya dengan melibatkan delegasi perwakilan Kepulauan Nias dalam Carnival International Victoria Seychelles yang akan diikuti 80 negara dalam waktu dekat.
“Dalam acara carnival nanti, sepanjang jalan menuju acara akan dipenuhi umbul-umbul daerah wisata Nias. Ini bentuk komitmen dalam mengenalkan Nias ke dunia internasional. Saya juga telah memasukkan Nias menjadi destinasi wisata dalam Vanilla Erene Resort, sebuah perkumpulan pelaku wisata internasional,” ujar Barito.
Barito juga mengatakan, sebelumnya seluruh pemerintah daerah di Kepulauan Nias telah menandatangani kesepakatan kerjasama strategis pembangunan Nias (Nias Stategic Development Partnership) yang berlangsung di Sekretariat APKASI di Jakarta pada akhir November 2014 lalu.
“Saat itu juga dihadiri Wakil Gubernur Sumut, Bapak Tengku Erry dan Ketua APKASI Bapak Isran Noor serta Menteri Hukum dan HAM Pak Yosanna Laly serta seluruh Walikota dan Bupati sekepulauan Nias,” jelas Barito.
Kelanjutan dari kesepakatan tersebut, dalam waktu dekat akan dibangun 2 hotel baru di Nias dan Gunung Sitoli. Selain itu, berdasarkan cetak biru (blue print), pengembangan wisawa di Kepulauan Nias akan dibagi atas beberapa zona yakni zona kota (city zone), zona kondominium (condominium Zone), zona wisata air (water zone), zona agrowisata dan zona ecotourism.
“Saya juga akan berkoordinasi dengan Walikota Victoria, salah satu kota di Seychelles untuk menjalin kerjasama dengan Pemda Nias dengan membentuk siter city.
“Victoria dan Kepulauan Nias memiliki banyak kesamaan. Ini akan berdampak positif dalam mendorong pengembangan wisata di Kepulauan Nias,” ujar Barito opitimis. [KM-01]