Pedagang Mama-mama Papua Bertahan di Masa Pandemi COVID-19

Pasar Mama-mama Papua di Kota Jayapura, Provinsi Papua. Foto: Ramah

JAYAPURA, KabarMedan.com | Lembaran karung dan dus bekas terhampar di sisi deretan pagar. Berbagai jenis pangan lokal dan sayuran segar dijajar.

Pedagang Mama-mama Papua, di Kota Jayapura, Provinsi Papua, terbiasa menggelar dagangannya di tepi jalan.

Mereka mengaku pembeli lebih ramai di jalanan daripada di pasar-pasar. Namun sejak pandemi COVID-19 menjalar sampai ke Papua, pendapatan mereka mulai terdampak.

Siang yang terik, Mendina Telenggen, sembari memangku balita coba menawarkan dagangan ubi kayu kepada orang-orang yang lalu-lalang.

Sudah pukul 13.00 siang, jualannya baru laku setumpuk seharga Rp50 ribu. Ia berjualan sejak pukul 6 pagi.

“Kalau ramai biasa sampai empat dan lima tumpuk laku. Sekitar dua ratus ribu atau sampai tiga ratus ribu rupiah,” katanya di Waena Expo, Kota Jayapura.

Menurutnya, wabah virus ini sangat memukul perekonomian rumah tangganya. Ia dan suaminya yang hanya petani, harus menghidupi enam orang anak.

Dagangan yang tidak laku dan sebelum membusuk terpaksa menjadi santapan ternak babi miliknya. Apalagi saat pemberlakuan pembatasan aktivitas warga oleh Pemerintah Kota Jayapura, hanya dari pukul 6 pagi sampai 2 siang.

“Waktu dilarang jualan hanya sampai jam dua siang, dagangan sering tidak laku. Tapi sekarang sudah bisa sampai jam lima sore. Sebelum ada virus ini bisa sampai jam delapan atau sembilan malam,” katanya.

Para pedagang Mama-mama Papua yang berjualan di tepi jalan Perumnas 3, Waena, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Foto: Kristianto Galuwo

Mendina tinggal tidak jauh dari tempat ia berdagang. Hanya butuh sekira sebelas menitan dari rumahnya di punggung perbukitan di Buper Waena, Kota Jayapura. Lahan kebun di sekitar rumahnya ia manfaatkan untuk menanam ubi kayu, betatas, atau sayuran.

“Ada juga tanaman jagung dan ketimun. Kalau sudah waktu panen, baru turun jualan,” katanya.

Ia tak sendiri berjualan di Waena Expo. Ada belasan pedagang Mama-mama Papua di sana. Mereka bernaung di bawah rimbun pepohonan.

Semuanya berdagang tanpa masker. Sesekali ada orang yang datang membagikan masker, tapi ia mengaku tidak nyaman mengenakannya.

“Biasanya juga ada yang datang bertanya-tanya katanya buat mendata penyaluran bantuan. Tapi sampai sekarang saya belum menerima apa-apa,” tuturnya.

Berangkat dari pengalaman itu, pedagang Mama-mama Papua lainnya enggan meladeni lagi orang-orang yang datang bertanya-tanya, dengan dalih pengumpulan data.

“Di sekitar rumah saya ada sebagian yang menerima sembako, tapi lain tidak dapat. Semoga pemerintah bisa memperhatikan kami,” katanya.

Pasar Mama-mama Papua

Di Kota Jayapura berdiri Pasar Mama-mama Papua yang berlokasi di Kelurahan Imbi, Distrik Jayapura Utara.

Pasar tersebut diresmikan Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, bertepatan Hari Ulang Tahun Kota Jayapura yang ke-108 tahun.

Bangunan ini berlantai 4 dan berkapasitas 298 pedagang. Menurut data Pemerintah Kota Jayapura, jumlah pedagang Mama-mama Papua yang terdaftar dan terverifikasi sebanyak 212.

Ketua Pedagang Pasar Mama-mama Papua, Yuliana Pigai mengatakan, di masa pandemi COVID-19 para pedagang tetap memenuhi pasar kendati penghasilan berkurang.

Ia yang juga berjualan di pasar tersebut, mengaku semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Untuk menghemat pengeluaran, makan hanya sekali dalam sehari dari biasanya dilakukan tiga kali. Belanjaan kebutuhan lainnya juga harus hemat sampai situasi kembali normal,” ujarnya.

Meski demikian, Yuliana mengaku tetap berusaha dan berdoa agar rezekinya dan pedagang Mama-mama Papua lainnya tetap ada, meski dalam kondisi pandemi.

“Kami minta kepada Tuhan agar diberi kesehatan biar bisa tetap jualan. Sekarang ini, dua puluh ikat sayur habis dalam waktu sepekan, karena setiap hari terjual antara dua sampai tiga ikat. Bila kondisi normal, dalam sehari bisa menjual sampai lima puluh ikat,” katanya.

Mendina Telenggen sedang berjualan di tepi jalan di Waena Expo, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Foto: Kristianto Galuwo

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Jayapura, Robert L.N Awi mengatakan, dari data yang diperolehnya omset pedagang turun drastis.

“Bila dalam sehari pedagang mampu meraup keuntungan hingga satu juta rupiah, saat ini lima puluh ribu saja katanya susah,” katanya.

Menurutnya, pemerintah sebenarnya sudah mengimbau agar para pedagang tidak berjualan untuk sementara waktu, demi memutus rantai penyebaran Virus Corona.

“Karena dampaknya juga sangat terasa, apalagi dengan adanya pembatasan aktivitas,” katanya, di Kantor Wali Kota Jayapura.

Dikatakan Awi, demi kesehatan pedagang di Pasar Mama-mama Papua dan semua pasar tradisional di Kota Jayapura, termasuk Pasar Youtefa dan Hamadi, dianjurkan agar pedagang mengikuti aturan pembatasan aktivitas yang hanya sampai pukul 5 sore.

“Apalagi masih banyak pedagang Mama-mama Papua yang berjualan di emperan toko dan tepi jalan, meski telah diajak berjualan di pasar yang disediakan,” katanya.

Menurutnya para pedagang yang bertahan berjualan di tepi jalan memang sulit ditertibkan atau diarahkan ke pasar.

“Ada yang sudah kembali tapi balik lagi jualan di emperan toko dan tepi jalan. Pedagang di Pasar Mama-mama Papua saat ini ada seratus orang dan yang aktif hanya lima puluh orang, kalau yang berjualan di emperan toko ada seratus lebih,” katanya.

Kata Robert, upaya sosialisasi sering dilakukan terkait protokol kesehatan, seperti harus memakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan memakai sarung tangan.

“Bahkan dibagikan masker dan disiapkan wastafel agar pedagang tetap menjaga kesehatan dan kebersihan,” katanya.

Pembangunan usaha kecil di sektor perdagangan bagi Mama-mama Papua, kata dia, merupakan salah satu rangkaian dari pelaksanaan pembangunan daerah. Pengembangan sektor usaha ini, bentuk upaya yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

“Dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sudah sangat bersyukur. Saya berharap kita semua bersabar di tengah situasi saat ini,” katanya.

Saat ini, kata Robert, baru Pasar Hamadi yang ditutup sementara karena menjadi zona merah penularan setelah ditemukan kasus positif COVID-19.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop) Kota Jayapura, Robert L.N Awi. Foto: Ramah

Perkembangan Kasus COVID-19 di Papua

Tim Satuan Tugas COVID-19, Provinsi Papua, menyatakan satu pasien Covid-19 meninggal pada Kamis (11/6/2020).

Selain itu, ada 22 kasus baru positif Covid-19 yang tersebar di Kabupaten Mimika, Biak Numfor, Merauke, Keerom, serta Kota Jayapura, dan 12 pasien lainnya dinyatakan sembuh.

Di Kota Jayapura sebanyak 568 kasus positif COVID-19, dirawat 499, sembuh 61, meninggal 8, ODP 833, PDP 77.

Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19 Papua, dr. Silwanus Soemoele, pasien Covid-19 yang meninggal tersebut adalah laki-laki 59 tahun yang dirawat di Kabupaten Mimika.

“Petugas kesehatan yang telah berjibaku, berusaha dengan sekuat tenaga dengan keilmuan yang mereka miliki untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Namun upaya kita tidak sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa, sehingga yang bersangkutan dipanggil oleh Tuhan,” katanya.

Satgas COVID-19 mengonfirmasi 22 kasus baru positif yang 22 ditemukan di Kabupaten Mimika (9 orang), Biak Numfor (4 orang), Keerom (4 orang), Merauke (1 orang), dan Kota Jayapura (4 orang).

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Papua, dr. Silwanus Soemoele. Foto: Roy Ratumakin

Jumlah Pasien dalam Pengawasan (PDP) pada bertambah sebanyak 22 orang, berasal dari Kabupaten Jayapura (3 orang), Yahukimo (9 orang), Biak Numfor (4 orang), Mimika (2 orang), Keerom (2 orang), dan Kota Jayapura (3 orang).

Jumlah Orang dalam Pemantauan (ODP) bertambah 126 orang, berasal dari Kabupaten Nabire (49 orang), Mimika (42 orang), Yahukimo (15 orang), Boven Digoel (11 orang), Jayawijaya (4 orang), dan Kota Jayapura (9 orang).

“Hari ini juga ada tambahan pasien sembuh sebanyak dua belas pasien. Dari Kabupaten Mimika sembilan orang, dan Kota Jayapura ada tiga orang,” katanya.

Sesuai data perkembangan kasus COVID-19 di semua Provinsi Papua terhitung 17 Maret sampai 11 Juni 2020, ada 1.169 kasus positif, dalam perawatan 824, sembuh 330, meninggal 15, ODP 3.283, PDP 767, tes PCR 7.404, total rumah sakit 45, rumah sakit rujukan 16. [Kontributor: Kristianto Galuwo]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.