LUBUK PAKAM, KabarMedan.com | Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumut dihimbau untuk bersinergi dalam mengentaskan buta aksara. Sinergitas dan komitmen yang kuat diyakini akan menempatkan Sumut masuk urutan 5 terbaik nasional dalam pengentasan buta aksara tahun 2017 mendatang.
“Tahun 2015 Sumut menempati urutan 8 besar terbaik nasional dalam pengentasan buta aksara dengan persentase buta aksara hanya 2,78 persen. Angka ini jauh lebih baik dari nasional yang masih di angka 3,94 persen. Saya berharap Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota yang ada di Sumut untuk terus melakukan berbagai upaya agar angka buta aksara aksara di Sumut menurun dari tahu ke tahun. Jika kita bersinergis, saya yakin Sumut akan menempati urutan 5 besar pengentasan buta aksara secara nasional,” kata Plt Gubsu, Tengku Erry Nuradi dalam acara Peringatan Hari Aksara Internasional ke 50 Tingkat Sumut, di Alun-alun Lapangan Baharoeddin Lubuk Pakam, Kabupaten Deliserdang, Kamis (26/11/2015).
Erry mengatakan, Indonesia banyak mengalami kemajuan dalam mengentaskan buta aksara sejak kemerdekaan di proklamirkan tahun 1945.
“Saat Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, hampir 90 persen penduduk Indonesia tidak bisa menulis namanya sendiri. Para pendidi Republik Indonesia bercita-cita melawan ketidakterdidikan,” sebut Erry.
Bahkan, ikhtiar melawan buta aksara juga dikumandangkan tokoh pendidikan Ki Hajardewantara, sastrawan Buya Hamka dan Taufik Ismail. Namun cita-cita mengentaskan buta aksara belum terwujud secara merata di seluruh pelosok tanah air hingga saat ini.
Dikatakannya, penduduk Indonesia belum melek aksara. Tahun 2010, penduduk Indonesia usia 15-59 tahun yang melek aksara hanya mencapai 95,21 persen. Kemudian meningkat tahun 2014 menjadi 96,3 persen.
“Pada tahun 2015, pemerintah berupaya mengutangi jumlah penduduk buta aksara menjadi kurang dari 5 persen dari 5,9 juta orang yang belum mampu mengeja dan namanya sendiri. Hingga saat ini, sebanyak 8 provinsi di Indonesia yang memiliki penduduk buta aksara diatas 5 persen,” papar Erry.
Erry juga mengimbau masyarakat untuk membudayakan kebiasaan membaca dan menulis. Tantangan di masa globalisasi menuntut masyarakat meningkatkan komptensi diantaranya dengan menguasai 3 bahasa.
“Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional sebagai pemersatu bangsa, bahasa internasional sebagai media komunikasi komunitas global dan bahasa daerah berguna melestarikan ragam kultur daerah,” jelas Erry.
Kadis Pendidikan Sumut H Masri SE mengatakan, tahun 2015 Nias Selatan telah keluar dari 10 besar angka buta aksara tertinggi secara nasional.
“Ini perkembangan yang menggembirakan. Angka buta aksara di Nias Selatan berkurang dan tidak lagi termasuk 10 besar buta aksara tertinggi di Indonesia,” sebut Masri.
Wakil Bupati Deliserdang, H Zainuddin Mars mengatakan, Pemkab Deliserdang berkomitmen memberantas buta aksara secara terus-menerus. Salah satunya dengan meningkatkan mutu dan kualitas belajar mengajar dan transformasi ilmu dalam upaya mencerdaskan masyarakat.
“Alhamdulillah, tahun 2015, Deliserdang memperoleh Anugerah Aksara Madya dari Bapak Presiden Joko Widodo pada 24 Oktober lalu atas prestasi menurunkan angka buta aksara hingga 0,2 persen dari sekitar 2 juta penduduk Delisedrdang,” demikian Zainuddin. [Km-03]