Siswa Internasional Wajib Kuasai Literasi Digital

KABAR MEDAN | Pearson dalam laporan terbarunya yang bertajuk “The Learning Curve”, menampilkan gambaran pendidikan di hampir seluruh negara dunia. Baik negara maju, negara berkembang hingga negara terbelakang.

Salah satu gambaran yang dilaporkan, adalah gambaran terkait kemampuan apa saja yang harus dimiliki pelajar di seluruh dunia untuk bersaing secara internasional di masa mendatang. Selain kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung, menurut laporan tersebut ada 8 kemampuan wajib yang harus dimiliki para pelajar dunia.

Salah satunya adalah pemahaman (literasi) digital. Meski tak menempati posisi pertama dalam deretan kemampuan wajib yang dimiliki, namun kemampuan literasi digital ini mampu berada di atas kemampuan komunikasi dan kemampuan kecerdasan emosional, yang saat ini tengah gencar digiatkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

“Kemampuan wajib yang harus dimiliki pelajar dunia, adalah kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kecerdasan emosional, kewirausahaan, kewarganegaraan dunia dan kemampuan kerjasama tim,”tulis laporan tersebut, seperti dilansir Edudemic, Sabtu (6/12/2014).

Adapun literasi digital dimaksud, adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan pelajar menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Di Indonesia, peningkatan kemampuan literasi digital ini sendiri tengah digiatkan, seiring dengan pesatnya pertumbuhan pengguna teknologi informasi dan komunikasi. Namun pemahaman literasi digital dimaksud, lebih pada operasional. Hal itu dikarenakan masih rendahnya kemampuan pelajar di Indonesia, menggunakan bahasa Inggris, sebagai bahasa umum, yang digunakan dalam pembelajaran teknologi digital.

Project Manager Program Bahasa Inggris Let’s Talk!, Dedy Ardiansyah mengatakan, untuk menggenjot kemampuan literasi digital tersebut, sistem pendidikan nasional harus diintegrasikan dengan kebutuhan teknologi digital tersebut.Salah satunya dengan mulai menstimulasi para pelajar di dalam negeri untuk menggunakan bahasa Inggris, sebagai bahasa global.

“Kalau kita sudah terbiasa menggunakan bahasa yang lazim digunakan dalam pembelajaran teknologi digital, pemahaman akan teknologi digital itu akan lebih baik, dan pelajar-pelajar kita bisa naik kelas, menjadi innovator dan bukan lagi sebatas tahu dan menggunakan saja,”jelasnya.

Dedy menegaskan, saat ini pelajar di dalam negeri sejatinya telah memiliki pengetahuan bahasa yang cukup baik, seiring telah masuknya bahasa Inggris sebagai bagian dari kurikulum nasional. Namun sayangnya, kurikulum yang ada belum membuat pelajar terbiasa berbahasa Inggris dengan aktif, sehingga keterlibatan dalam pengembangan kemampuan digital mereka, mengalami stagnasi.

“Sekarang ini eranya berbagi, eranya berdiskusi. Kalau hanya sebatas kemampuan pasif, maka kita selamanya akan menjadi penonton. Sudah saatnya kita mulai membiasakan diri menjadi bagian dari dunia digital. Menjadi bagian dari komunitas global yang aktif,”ungkapnya.[KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.