MEDAN, KabarMedan.com | Hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari merupakan saat dimana orang-orang berburu Cokelat yang paling sempurna untuk diberikan kepada orang terkasih. Meski demikian ideas42, sebuah perusahaan nirlaba terkemuka untuk riset ilmu perilaku, merayakan Hari Valentine dengan cara yang berbeda –yakni menyorot aspek yang terabaikan dari industri cokelat, yaitu kemapanan finansial petani pekerja keras yang menghasilkan biji kakao.
Konsumsi kakao dunia telah menyentuh angka lebih dari USD 101 milliar di tahun 2015, dan Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga di dunia. Namun, sementara permintaan global untuk biji kakao terus meningkat, banyak petani Indonesia tidak memiliki cukup uang adalah kendala utama untuk berinvestasi pada alat dan masukan yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mereka, meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao, dan meningkatkan kehidupan keluarga mereka.
“Hari Valentine adalah saat yang tepat untuk menyoroti fakta bahwa di balik setiap cokelat berbentuk hati ada cerita yang melibatkan masyarakat pedalaman di negara berkembang dan petani yang merasakan manfaat besar dari setiap dollarnya,” kata Wakil Presiden ideas42, Marina Dimova, dalam siaran pers yang diterima KabarMedan.com, Minggu (14/2/2016).
ideas42 bekerja sama dengan Swisscontact, sebuah organisasi pembangunan internasional berbasis di Swiss, telah melaksanakan Program Produksi Kakao Berkelanjutan di Indonesia terhadap 98.000 petani kakao –memanfaatkan ilmu perilaku (behavioral science) untuk merancang intervensi perbankan yang memungkinkan para petani menyisihkan uang untuk menabung demi memenuhi berbagai kebutuhan dan tujuan.
Tujuan dari project ini adalah untuk membantu petani kakao di Indonesia dalam membuka rekening tabungan dan menggunakannya secara teratur untuk meningkatkan kehidupan keluarga mereka sendiri dan masyarakat.
“Sebenarnya petani sudah punya keinginan untuk menabung, namun seperti orang lain mereka rentan terhadap hambatan perilaku yang justru mencegah mereka melakukan tindak lanjut. Kami menemukan hal-hal kecil yang dapat mendorong mereka untuk menindaklanjuti dan membangun stabilitas keuangan yang mereka butuhkan. Pekerjaan kami bergandengan tangan dengan semua pakar pembangunan lain demi meningkatkan kehidupan mereka di seluruh dunia yang memproduksi komoditas baku untuk industri ini,” jelas Marina.
Sementara itu, Manfred Borer, selaku Country Director Swisscontact Indonesia, menekankan pentingnya tabungan dan menambahkan bahwa tabungan adalah cara bagi petani untuk memiliki aset. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk berinvestasi di agri-input, membayar uang sekolah, atau dana cadangan yang digunakan saat darurat.
“Project ini akan berjalan sampai akhir tahun 2016. Swissontact dan ideas42 berharap hasilnya dapat diterapkan untuk kelompok dan masyarakat yang masih jauh dari stabilitas keuangan,” demikian Manfred. [KM-01]