Umur Padi Hingga 45 HST, Petani Harus Waspadai Serangan Wereng Batang Cokelat

MEDAN, KabarMedan.com | Pertanaman padi di Sumatera Utara saat ini umumnya baru berusia 30-45 hari setelah tanam (HST). Hama yang harus diwaspadai adalah wereng batang cokelat (WBC).

Harus ada pengendalian dengan cepat, khususnya di 4 kabupaten di Sumut yang menjadi endemis hama tersebut. Ke empat kabupaten tersebut, yaitu Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat dan Asahan.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Sumut, Marino mengatakan, umur padi 30 -45 HST adalah umur yang riskan terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

“Terutama WBC, saat ini telah menyerang di beberapa kabupaten, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Asahan. Tapi populasinya masih di bawah ambang batas kendali, yakni di bawah 10 per rumpun,” katanya, Jumat (17/7/2020).

Meski demikian, katanya, pihaknya terus waspada dan melakukan pengendalian. Menurutnya, jika populasi meningkat hingga 10 ekor per rumpun, maka pihaknya wajib langsung mengajak petani untuk melakukan pengendalian.

“Terutama di Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Langkat yang endemis WBC karena setiap musim tanam daerah itu selalu ada populasinya dan setiap musim tanam terus kami monitor,” katanya.

Jika serangan WBC tidak langsung dikendalikan, resikonya tanaman akan ‘terbakar’. Daun-daunnya akan memerah karena sari-sarinya sudah diisap oleh WBC. Resiko paling parah adalah gagal panen atau puso.

Baca Juga:  Pimpinan DPRD Sergai Masa Jabatan 2024-2029 Resmi Dilantik

“WBC itu yang perlu diwaspadai adalah G1 atau generasi pertama, karena begitu bertelur, dia berkembang biak di situ, sekali bisa puluhan hingga ratusan ekor,” katanya.

Di lapangan, pihaknya sudah sudah ada petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan-pengamat hama dan penyakit (PPOPT-PHP) di setiap kecamatan yang selalu melakukan pengamatan dan pengendalian seandainya ada serangan.

Setiap tahun, pihaknya selalu mendapatkan bahan dari Kementrian Pertanian RI untuk mengendalikan WBC yang akan digunakan secara bersama-sama dengan petani.

Namun, penggunaan bahan pestisida tersebut adalah opsi terakhir. Pihaknya tidak mau menggunakan sistem ‘nonggol, babat’, tetapi harus melihat dulu apakah masih ada musuh alaminya masih ada di alam.

Serangan WBC ini harus diwaspadai karena menyerang di bagian batang atau pelepah. Di batang atau pelepah daun lah WBC meletakkan telurnya melalui organ ovipositornya.

Dalam 7 hari, katanya, telur bisa menetas dan langsung menyebar dengan cepat. Serangan parah WBC belum pernah terjadi di Sumut.

WBC menyerang dengan skala yang sangat parah terjadi di tahun 1980-an di seluruh Indonesia.

Menurutnya, petani harus mewaspadai dan mengantisipasi merebaknya WBC denga beberapa hal. Mulai dari penggunaan varietas yang berganti-ganti, penggunaan pupuk dan pestisida sesuai aturan untuk menghindari kebal.

Baca Juga:  Dukung Mobilitas Berkelanjutan, Pemerintah Kota Medan dan Bluebird Group Hadirkan Bus Listrik

“Jadi kami rekomendasikan itu, pengolahan tanah, sanitasi, penggunaan varietas yang toleran, kemidian tanam serentak di satu hamparan dan pengaplikasian pestisida yang tepat. Faktor kelembaban juga bisa berpengaruh terhadap perkembangbiakannya,” katanya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, M. Juwaini mengaku, pertanaman padi di Sumut ada yang sudah selesai dan ada pula yang baru memulai.

“Tapi bisa dikatakan sudah semua melakukan petanaman. Untuk pupuknya informasi yang saya terima juga cukup tersedia,” katanya.

Kassubag Program Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Fahri menjelaskan, untuk pertanaman padi, periode 1 Januari-16 Juli 2020 di Sumut seluas 338.717 hektare.

Kemudian untuk panen pada periode Januari-Juni sebanyak 489.176 ton dengan produktivitas 46,48 kwintal per hektare. Produksi padi Januari-Juli 2020, sebanyak 2.273.532 ton gabah kering giling (GKG).

Secara terpisah, Ketua Kelompok Juli Tani, Yareli mengatakan, pertanaman padi di kelompoknya di Desa Sidodadi, Kecamatan Beringin, Deli Serdang, mengalami kemunduran jadwal tanam.

Jika biasanya di bulan Mei sudah selesai, pada musim tanam II/2020, baru dimulai pada bulan Juni.

“Baru kali ini lah kemunduran jadwal tanam sampai 1 bulan, biasanya hanya terlambat beberapa hari saja,” pungkasnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.