Wagubsu Ajak Pemkab dan Pemko Lestarikan Bangunan Bersejarah dan Benda Pusaka

Wagub Sumut Tengku Erry Nuradi memberikan pengarahan dalam Workshop Pelestarian Bangunan Bersejarah dan Manajemen Pelestarian Pusaka Kota Medan yang berlangsung di ruang IMT-GT Lantai 2, Gedung Biro Administrasi (BPA) Universitas Sumatera Utara (USU), Senin (3/11/2014).

KABAR MEDAN | Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Ir H Tengku Erry Nuradi MSi mengakak Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumut melestarikan bangunan bersejarah dan benda pusaka. Bangunan bersejarah dan benda pusaka memiliki arti penting sebagai warisan sejarah bagi generasi mendatang.

Ajakan tersebut disampaikan Wagub Sumut Tengku Erry Nuradi saat membuka Workshop Pelestarian Bangunan Bersejarah dan Manajemen Pelestarian Pusaka Kota Medan yang berlangsung di ruang IMT-GT Lantai 2, Gedung Biro Administrasi (BPA) Universitas Sumatera Utara (USU), Senin (3/11/2014).

Hadir dalam acara tersebut Rektor USU Prof DR dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM) Sp.A(K), Ketua Panitia Penyelenggara Drs Abdul Mauluk Nainggolan MSi, tenaga pendidik, dosen, mahasisw dan perwakilan Badan Warisan Sumatra (BWS) sebuah lembaga pemerhati bangunan dan benda sejarah.

Dalam kesempatan itu, Erry menegaskan, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa dan sejarah para pendahulunya. Salah satu upaya menghargai jasa para pendahulu adalah dengan melestarikan sejarah.

“Jangan sampai generasi mendatang hanya mendengar cerita. Mereka tidak bisa lagi melihat secara langsung bangunan tua yang kaya akan nilai historis. Begitu juga benda pusaka yang memiliki sejarah yang tidak ternilai harganya,” ujar Erry.

Erry juga menyadari, apresiasi dan kepedulian terhadap bangunan bersejarah dan benda pusaka semakin memudar. Untuk itu, peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan Pemrintah Kota (Pemko) sangat diharapkan dalam upaya menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah dan benda pusaka yang masih tersisa.

“Kita tidak membandingkan dengan negara Eropa. Tetapi mereka sangat menghargai bangunan bersejarah dan benda pusaka. Kita bisa belajar dari kepedulian mereka,” jelas Erry.

Erry mencontohkan, sejumlah bangunan bersejarah di Malaka, Malaysia, kini berdiri kokoh dan lestari. Bahkan bangunan tersebut banyak menyedot turis dari mancanegara yang bermuara pada peningkatan pendapatan dari sector pariwisata.

“Bangunan tua di Malaka tetap dipertahankan dan kini menjadi ikon kota. Sama keberadaannya dengan bangunan Balaikota di, istana maimoon, masjid raya, kantor pos dan beberapa bangunan bersejarah lainnya yang ada di Medan,” papar Erry.

Erry juga berharap, BWS sebagai lembaga yang khusus memperhatikan warisan heritage di Sumut, untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian bangunan bersejarah dan benda pusaka.

“Tentu upaya BWS ini harus mendapat dukungan dari Pemkab dan Pemko di Sumut. Saya yakin, bangunan bersejarah dan benda pusaka yang masih tersisa di Sumut, akan tetap dapat dipertahankan jika Pemkab dan masyarakat saling bantu. Dengan begitu, identitas bangsa akan tetap terjaga dengan baik,” ujar Erry.

Tidak lupa Erry mengimbau Pemkab dan Pemko di Sumut bijak dalam mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), apalagi pembangunan tersebut dapat merusak keberadaan bangunan bersejarah yang telah ada.

“Utamakan pelestarian bangunan bersejarah. Pembangunan jangan sampai menggeser apalagi menghilangkan bangunan bersejarah. Jika ada pengembang yang ingin melakukan pembangunan suatu kawasan, beri tanggungjawab untuk melestarikan bangunan bersejarah yang telah ada dilingkungannya. Bila perlu, terbitkan Perda soal bangunan bersejarah dan benda pusaka,” tambah Erry.

Sementara Rektor USU Prof DR dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM) Sp.A(K) mengatakan, benda pusaka identik dengan barang atau benda berharga. Benda pusaka merupakan simbol kebahagiaan atau kemakmuran dan peradaban suatu masyarakat atau bangsa. Untuk itu, benda pusaka harus tetap dilestarikan agar bermanfaat bagi generasi mendatang.

“Tetapi jika tidak bijak memaknai arti benda pusaka, maka akan terjadi transaksi jual beli karena tergiur dengan harganya yang tinggi. Lambat laun benda pusaka akan berpindah tangan dan tidak tertutup kemungkinan akan dibawa ke negara lain. Makan generasi muda hanya mendengar cerita saja,” ujar Syahril.

Begitu juga dengan Pusaka Kota yang identik dengan bangunan bersejarah. Pusaka Kota memiliki karakteristik budaya yang bernilai historis tinggi. Namun dalam pengelolaan dan pengembangan kota, tidak jarang keberadaan Pusaka Kota terabaikan. Sebagian hancur akibat pembangunan, sedang sisanya terlantar dan rusak di telan usia.

“Workshop ini diharapkan dapat mengetuk kesadaran seluruh kalangan untuk peduli dalam upaya pelestarian bangunan bersejarah dan benda pusaka yang masih tersisa. Pusaka Kota dan benda pusaka adalah kekayaan milik bersama, bukan segelintir orang saja. Itu menjadi warisan bagi anak cucu kita kelak,” sebut Syahril.

Syahrul juga berharap, bangunan bersejarah dan benda pusaka tetap lestari agar objek penelitian mahasiswa tetap ada.

“Bangunan bersejarah dan benda pusaka adalah objek riset mahasiswa. Ini penting sekali keberadaannya. Beberapa negara kini telah mengembangkan wisara postmodern. Indonesia masih berjuang mempertahankan keberaraan bangunan bersejarah dan benda pusaka,” papar Syahrul.

Ketua Panitia Penyelenggara Drs Abdul Mauluk Nainggolan MSi mengatakan, Pelestarian Bangunan Bersejarah dan Manajemen Pelestarian Pusaka Kota Medan diikuti 66 peserta yang terdiri dari tenaga pendidik, dosen, mahasiswa Fakultas Ilmu Sejarah dan BWS sebagai lembaga peduli bangunan dan benda sejarah.

“Workshop digelar dalam bentuk diskusi dan panel. Peserta dapat menggali lebih dalam persoalan seputar polemik pelestarian bangunan sejarah dan benda pusaka,” sebut Abdul. [KM-01]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.