Sekretaris Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumut, Achmad Ramadhan mengatakan, mulai dari Januari sampai September 2012, data komulatif pengidap HIV AIDS di Sumut sudah mencapai 3.795 orang. Jika dibandingkan pada tahun sebelumnya hanya sebanyak 580 pengidap.
“Setiap tahunnya, jumlah kasus HIV/AIDS ini terus mengalami kenaikan. Jumlah tersebut pun diperkirakan lebih banyak lagi, sebab masih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata karena minimnya klinik VCT (voluntary counseling testing), yakni tempat layanan konseling dan tes HIV/AIDS yang ada di Sumut,” katanya kepada Analisa di Medan, Kamis (29/11).
Dia menjelaskan, pihaknya semakin merasa khawatir dengan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Sumut. Jika tidak ada program intervensi, diperkirakan pada 2014 jumlah kasus ini bisa mencapai ratusan ribu orang.
Untuk di pusat, sudah ada mekanisme penemuan kasus secara dini. Jika seseorang yang baru terinfeksi HIV tahap awal, bisa langsung dilakukan pencegahan agar tidak menularkan virusnya kepada orang lain.
“Tindakan penemuan kasus secara dini inilah yang belum banyak dilakukan di Sumut,” jelasnya.
Achmad mengungkapkan, untuk jumlah penderita yang terkena HIV/AIDS kategori pecandu narkotika jenis suntikan memang cukup banyak. Setiap tahunnya bisa meningkat hingga 60 persen dari penderita yang terdata. Bayi dan pasangan pecandu narkoba suntik menjadi sangat rentan tertular HIV/AIDS.
Dari data KPA Sumut mengenai orang terinfeksi virus HIV/AIDS di Sumut, disebutkan 60 persen merupakan pecandu narkoba suntik, 14 persen pelanggan wanita penjaja seks, 9 persen merupakan pasangan pecandu narkoba suntik, 5 persen lelaki homoseksual, sedangkan sisanya merupakan penjaja seks, waria sampai penghuni penjara.
Pihaknya pun mengaku masih sangat terbatas dalam memberikan bantuan, meski ancaman kasus ini di Sumut setiap tahunnya terus meningkat. Apalagi jumlah klinik VCT di Sumut masih sangat terbatas. Selain di Medan, kota lain yang sudah memiliki klinik VCT, di antaranya Lubuk Pakam, Serdang Bedagai, Simalungun, Langkat dan Balige. Keberadaan klinik tersebut berperan dalam menjamin distribusi obat antiretroviral (ARV).