BBTNGL Tumbangkan Ribuan Karet di Dalam Kawasan

LANGKAT, KabarMedan.com | Ribuan batang tanaman karet yang ditanam masyarakat di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser ditumbangkan menggunakan chainsaw oleh petugas. Penebangan ini untuk menunjukkan bahwa aktifitas perkebunan di dalam kawasan tidak dibenarkan sehingga harus diganti dengan tanaman lain yang dapat menjaga ekosistem kawasan.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bahorok, Palber Turnip mengatakan, pennebangan tanaman karet dilakukan tepatnya di Juma Uruk, Desa Kaperas, Marike, Kecamatan Kutambaru, Langkat, Sumatera Utara. Di lokasi itu, pembukaan lahan untuk perkebunan karet seluas 5 hektare.

Jika dalam satu hektare terdapat 500 batang, lanjut dia, maka ada 2.500 batang karet yang ditumbangkan bersama dengan masyarakat. Dijelaskannya, pertanaman karet di lokasi ini sudah dimulai sejak 6 – 8 tahun yang lalu. Hal tersebut bisa dilihat dari ukuran batang tanaman dan produksi getahnya.

“Karet ini berproduksi, diambil getahnya oleh yang mengelolanya dan sudah berumur 6 – 8 tahun. Dan penebangan ini sudah kita mulai dari lima hari yang lalu,” katanya, Selasa (16/7/2019).

Melalui pendekatan persuasif pihaknya menyampaikan kepada lima orang yang mengelola kebun karet tersebut bahwa berdasarkan penyesuaian titik koordinat peta oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) bahwa kawasan yang diusahainya masuk ke dalam kawasan TNGL sehingga kemudian pemilik kebun menyerahkannya kepada BBTNGL untuk ditumbangkan.

Menurutnya, kelima orang yang membuka lahan di lokasi tersebut beralasan tidak mengetahui bahwa lahan yang dikelolanya masuk dalam kawasan. Namun demikian tetap dilakukan penindakan walaupun tidak sampai proses hukum lantaran mereka mau menyerahkannya ke BBTNGL untuk diperbaiki dengan penanaman tanaman lain.

“Mereka ini tahu lah itu kawasan apa. Tapi kan selalu klasik alasannya, tak ada plank tapal batas. Mereka membeli lahan itu dari seseorang sebesar Rp35 juta,” katanya.

Di wilayah ini, menurutnya hanya seluas lima hektare ini yang terjadi pembukaan lahan. Di Wilayah I Bahorok, dari perbatasan Sei Musam hingga perbatasan Karo, aktifitas pembukaan lahan paling banyak terjadi di Bahorok karena jumlah penduduknya yang padat dan tingginya aktifitas berkebun serta tingginya keterlanjuran.

“Tentu saja penebangan ini punya tujuan, kita mau kembalinya fungsi kawasan yang rusak karena perkebunan. Makanya kita mengajak untuk penanaman yang bisa menunjang ekosistem hutan seutuhnya sehingga memberi dampak positif kepada siapa saja,” katanya.

Dalam penebangan ini juga dilakukan penanaman jengkol dan kemiri. Di lokasi penebangan yang berbatasan langsung dengan Hutan Produksi Tetap (HPT) yang pemangkunya adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Langkat. “Intinya di sini adalah pengembalian fungsi kawasan yang dilakukan secara bersama. Setelah itu lah ditanami,” katanya.

Dalam kurun lima tahun terakhir, pihaknya terus memantau sejumlah titik yang dirambah dan diubah menjadi lahan perkebunan, baik karet, maupun tanaman lainnya. Penebangan pun segera dilakukan, dan luas yang sudah direhabilitasi itu mencapai 50 hektare.

Asisten Restorasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari -Orantutan Information Centre (YOSL-OIC) Azum Ridzki Mubarok, mengatakan sangat penting untuk mengembalikan fungsi kawasan dengan menanam kembali tanaman yang bisa sebagai sumber makanan satwa di dalam kawasan seperti durian, cempedak, jengkol, atau tanaman kayu lainnya seperti meranti, sempuyung dan lainnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.