Karet Untuk Aspal, Butuh Regulasi dan Koordinasi Para Pihak

MEDAN, KabarMedan.com | Akhir pekan lalu, ketika berada di Kantor Balai Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menerapkan penggunaan karet pada aspal di seluruh jalan Indonesia. Sumatera Utara siap untuk itu namun harus ada upaya duduk bersama bersama para pihak terkait.

Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawaty mengatakan mengenai hal tersebut pihaknya baru mengetahuinya melalui pemberitaan di media. Menurutnya, harus ada upaya untuk mendudukkan bersama dengan para pihak dan disosialisasikan. “Perintah’ tersebut, menurutnya harus ditegaskan misalnya dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) atau yang lain. “Kita belum didudukkan bersama, sosialisasi mengenai itu belum ada. Maunya kan dikumpulkan dulu. Perpres itu kan sebagai penegasan. Kalau cuma imbauan itu bisa iya bisa tidak,” katanya, Kamis (14/3/2019).

Berdasarkan data statistik 2017 (angka sementara/ASEM) dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara total luas perkebunan karet mulai dari karet rakyat, PTPN, perkebunan swasta nasional maupun swasta asing seluas 585.749,21 hektare dengan produksi sebesar 547.300,83 ton.

Dengan perincian, karet rakyat seluas 393.189,02 hektare dengan produksi 311.076,66 ton. PTPN seluas 34.916,89 hektare dengan produksi 36.961,43 ton. Swasta nasional seluas 103.499,93 hektare, produksi 124.135,34 ton. Sedangkan swasta asing seluas 54.143,37 hektare dengan produksi sebesar 75.127,4 ton.

Dari 27 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang memiliki perkebunan karet, Mandailing Natal merupakan kabupaten dengan lahan terluas yakni 64.575,42 hektare dengan produksi 52.352,4 ton. Kemudian Kabupaten Langkat seluas 40.926 hektare dengan produksi 39.023 ton dan Padan g Lawas Utara seluas 39.920 hektare dengan produksi 29.889,79 ton. Kabupaten Samosir paling sedikit memiliki perkebunan karet, yakni seluas 110,4 hektare dengan produksi 83,2 ton.

“Kita di Sumatera Utara mampu dan siap mendukungnya, karet untuk aspal. Tapi ya itu lah, harus ada aturannya dulu dari pemerintah, misalnya Perpres. Misalnya ada kerja sama dengan Kementrian Pertanian. Kalau hanya imbauan, itu kayak seremonial. Regulasinya yang jelas lah di pusat sehingga bisa ditindaklanjuti di daerah,” katanya.

Di Sei Lepan, Langkat, Sudarman mengatakan bahwa saat ini harga karet di kisarat Rp 6.000-7.000/kg. Harga tersebut masih pas-pasan mengingat transportasi getah dari kebun menuju tempat pengumpulan harus dihitung. Menurutnya rencana getah karet dijadikan bahan campuran pembuatan aspal bisa jadi merupakan kabar baik. Namun harapannya adalah harga getah bisa lebih baik. “Kalau harganya sampai di bawah Rp 5.000/kg, kita pun berpiikir untuk menggantinya dengan tanaman lainnya,” katanya.

Pembangunan jalan yang mengunakan aspal campuran karet diterapkan di tiga provinsi, yakni Sumatra Selatan, Riau, dan Jambi. Berdasarkan laporan yang dia terima, hasil pembangunan jalan menggunakan aspal bercampur karet sangat bagus. Selain tak mudah rusak, juga dapat mengurangi kebisingan jalan raya dan campuran karet akan meningkatkan kualitas aspal, baik usia maupun ketahanan terhadap air. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.