Kepala Kantor BPN Medan, Dwi Purnama Jadi Tersangka

KABAR MEDAN | Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah Sumatera Utara, menetapkan Kepala Badan Pertanahan Kota Medan, Dwi Purnama, SH, M.Kn, dan Kepala Seksi Pemberian Hak-Hak Kantor BPN Medan, Hafizunsyah, sebagai tersangka. Penetapan tersebut dikeluarkan, karena keduanya terbukti telah melakukan tindak pidana kejahatan yang dilakukan dalam jabatan, sesuai dengan pas 417 Subs 416 Subs Pasal 421 KUHPidana.

Kabid Humas Poldasu, AKBP Helfi Assegaf, menyebutkan penetapan status tersangka terhadap kedua orang tersebut berdasarkan laporan Zainal Abidin Zain, yang tertuang dalam laporan SPK/1883/VII/2014/SPKT I, tanggal 22 Juli 2014.

Dikatakannya,  Zainal Abidin Zain merupakan  Direktur dari PT Arga Citra Kharisma yang melakukan permohonan Sertifikat Hak Guna Bangunan atas tanah yang terletak di Jalan Jawa, Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan  Medan Timur, di areal pertama seluas 13.578 M2 dan areal kedua seluas 22.377 M2, ke BPN Kota Medan.

“Saat mengajukan surat permohonan penerbitan SHGB itu, semua persyaratan sudah dipenuhi pelapor, yakni dengan melampirkan surat permohonan, surat Putusan PN Medan, Putusan dari MA, Berita Acara Eksekusi dan penyerahan hasil eksekusi. Namun, permohonan ini ditolak oleh BPN Medan,” ujar, Senin (6/10/2014).

Disebutkannya, penolakan tersebut sesuai dengan surat No 1749.1271/600 X 2013 tanggal 25 Oktober 2013, yang dikeluarkan oleh Dwi Purnama, Kepala Kantor BPN Medan. Dalam surat yang ditandatanganinya itu, Dwi Purnama menolak permohonan HGB tersebut, dengan menyebutkan bahwa hal itu tidak dapat diproses karena tanah yang dimohon itu diklaim sebagai aktiva tetap (aset) oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), dan BUMN, yang hingga kini masih dalam proses perkara perdata.

Baca Juga:  Polres Sergai Bantah Adanya Lapak Judi di Pantai Cermin: "Tidak Benar!, Sudah Lama Tutup"

Menurutnya, penolakan yang dilakukan oleh Kepala BPN Kota Medan itu jelas adalah tindak pidana atau perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pasal 21 KUHP, unsurnya adalah PNS yang sewenang-wenang memakai kekuasaannya, dan telah mengintruksikan kepada bawahanya meski permohonan itu sudah dilengkapi dengan putusan-putusan. “Kedua tersangka sudah dilayangkan surat panggilan pada Jumat (3/10/2014) dan akan diperiksa sebagai tersangka pada Rabu (8/10/2014),” sebutnya.

Disebutkannya, waktu dan kejadiannya kasus tersebut adalah tanggal 21 April 2013 di Komplek Mall Centre Point,  Jalan Timor No.1 Medan. Terhadap kasus ini, lanjutnya, pihak Subdit II Harda Tahbang Poldasu sudah memeriksa 4 orang saksi, yakni Drs Zainal Abidin, Handoko Lie, Budi Dharmansyah SH, dan Fahmiluddin SH.

Hasil pemeriksaan saksi tersebut juga dikuatkan keterangan dari saksi ahli. “Kedua tersangka tidak ditahan karena hukumanya dibawah 5 tahun, tepatnya 2,8 tahun. Untuk barang bukti yang disita adalah surat penolakan dari Dwi Purnama, yaitu surat No 1749.1271/600 X 2013 tanggal  25 Oktober 2013, yang ditanda tanganinya,” ungkapnya.

Baca Juga:  CCE 3.0: Dorong Inovasi Lokal untuk Ciptakan Dampak Multidimensional

Dikatakanya, kerugian korban dalam kasus ini mencapai Rp 50 Miliar, atas tidak diterbitkanya surat hak guna bangunan, yang menurut korban adalah pemilik sah tanah yang mengajukannya pada kantor BPN. Surat itu harus tetap diterbitkan, walaupun ada sengketa, karena sudah ada putusan MA yang bersifat mutlak dan harus dilaksanakan. Putusan MA itu adalah pada point 12, yang menyebutkan bahwa  keputusan sertifikat hak guna bangunan itu dapat dilakukan dulu meskipun ada upaya banding maupun peninjauan kembali.

“Atas dasar putusan MA tersebut, BPN dianggap tidak penuhi permohonan untuk menerbitkan surat hak guna bangunan yang diajukan pemohon. Karenanya, Kepala BPN Medan, dianggap telah melakukan penyalahgunaan jabatan dalam prosesnya,” katanya.

Dikatakannya, kasus seperti ini sudah banyak terjadi dan  yang baru berani memprosesnya adalah Subdit II Harda Tahbang saja. “Kasus ini dapat dijadikan contoh bagi Polda lain, kalau kasus seperti itu bisa dipidanakan,” pungkasnya. [KM-03]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.