Lagi, Harimau Sumatera Terkam Warga Padang Lawas

MEDAN, KabarMedan.com | Tak sampai dua Minggu telah terjadi dua konflik antara manusia dengan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Padang Lawas. Kali pertama, terjadi pada hari Kamis (16/5/2019) di Desa Siraisan, Kecamatan Ulu Barumun.

Korban ditemukan tewas. Kedua pada Minggu (26/5/2019) di Desa Pagaran Bira Jae, Kecamatan Sosopan, korban mengalami luka-luka dan kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan.

Pada konflik pertama, seorang warga bernama Abu Sali Hasibuan (61) ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan. Kepala dan tangan kanannya terlepas dari badannya saat ditemukan oleh warga di kebun karet pada pukul 01.00 wib. Konflik kedua, bernama Faisal Hendri Hasibuan (48).

Petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Pertanian tersebut menderita luka robek di bagian belakang kepala, kukabrivej pada bagian kepala samping kiri, luka cakar pada bagian punggung dan robek pada bagian dada sebelah kiri. Faisal kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) Hotmauli Sianturi mengatakan, harimau pada dasarnya tidak menyukai manusia. Harimau adalah hewan yang habitatnya berada di dalam kawasan hutan serta tak menyukai suara berisik.

Kemungkinan kedua, harimau tersebut sudah kehabisan makanan di dalam hutan sehingga memilih turun ke perkampungan di mana terdapat hewan ternak. “Tapi apes, (harimau) bertemu manusia. Lalu terjadi lah. Tapi sebenarnya saya katakan, harimau bukan hewan yang menyukai manusia,” katanya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (27/5/2019).

Dia menambahkan, harimau tidak mengenal batas kawasan. Harimau tidak hanya berada di dalam kawasan yang secara yuridis di atasi oleh status kawasan karena dia bisa berada di areal penggunaan lain (APL), perkebunan ataupun hutan. Bisa jadi, lanjut dia, kawasan tersebut dulunya merupakan kawasan perlintasannya.

“Mungkin dulu tak ada aktifitas manusia. Sekarang sudah ada aktifitas manusia. Sehingga ada perjumpaan dengan manusia,” katanya.

Dalam hal ini, pihaknya diwakili Bidang Konservasi Wilayah III Padangsidimpuan memasang kamera trap di lokasi penemuan jasad korban. Bersama masyarakat sudah memasang perangkap/jebakan di sekitar perkebunan dengan syarat warta tidak melukai ataupun membunuh harimau tersebut.

Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan Olsek Sosopan, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRSHD) Sumatera Barat, Muspida Padang Lawas dan lainnya dan membentuk 3 tim patroli di Desa Siraisan, Desa Hutabarhot dan Desa Pagaran Bira Jae.

“Kita pun menghimbau kepada masyarakat berhati-hati beraktifitas di perladangan maupun perkebunan tidak sendirian dan melaporkan kepada petugas kalau mendengar atau menemukan tanda-tanda kehadiran binatang buas,” katanya.

Kemudian, pihaknya juga mengimbau agar masyarakat menghindari tindakan atau perbuatan yang menyebabkan terluka atau matinya satwa liar khususnya jenis yang dilindungi undang-undang. “Kecuali terpaksa untuk melindungi keselamatan diri,” katanya.

Untuk diketahui, Kecamatan Ulu Barumun di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sosopan, Padanglawas. Tahun 2017, dalam dua hari tejadi dua kali harimau sumatera mati.

Pertama pada tanggal hari Senin (10/7/2017) di Desa Haporas, Kecamatan Sosopan seekor harimau jantan diperkirakan berusia tiga tahunan, ditemukan lemah tak berdaya di perkerbunan dan akhirnya mati.

Sehari berikutnya, desa yang sama seekor harimau sumatera tewas dengan beberapa bagian tubuhnya hilang, yakni sepasang taring dan kumisnya. Harimau tersebut dibunuh lantaran memasuki kawasan permukiman masyarakat dan dianggap meresahkan. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.