Perbaiki Tanah dengan Pola Pertanian Organik

MEDAN, KabarMedan.com | Sistem pertanian sudah waktunya untuk merubah pola menjadi organik. Pola-pola kimiawi sudah terbukti meninggalkan jejak kerusakan tanah dan hilangnya unsur-unsur penting yang mendukung kelestarian tanah. Bahan bakunya banyak dan mudah diperoleh dari alam sekitar, tak ada alasan untuk tidak membuat pupuk kompos.

Professor Martani Cyccu Tobing pernah mengatakan bahwa telah terjadi ketergantungan terhadap pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Baik itu dosis, campuran, frekuensi, metode, tidak dilakukan sesuai rekomendasi dan aturannya. Begitu pula dengan keamanan saat menyemprot tidak diperhatikan dan kesehatan konsumen tidak diperhitungkan.

Saat itu, dalam sebuah seminar nasional di Universitas Sumatera Utara dia menyimpulkan bahwa banyak petani yang belum mempunyai cukup pengetahuan tentang hama. Dan penyakit maupun gejalanya. Selain itu, petani memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pestisida. Penyuluhan dan pelatihan tentang keduanya sangat dibutuhkan oleh petani.

Di Desa Lumban Purba, Kecamatan Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, petani kopi dan sayuran sudah mencoba membuat pupuk kompos. Bahan bakunya mulai dari dedaunan, jerami, batang pisang, buah-buahan yang sudah membusuk dan lain sebagainya. Semuanya difermentasi selama beberapa waktu untuk kemudian diterapkan pada tanaman sayuran maupun kopinya.

Di desa tersebut, sayuran seperti kubis, cabai, dan lain sebagainya banyak dikembangkan. Begitu juga dengan kopi. Sebelumnya mereka kerap menggunakan pola kimia dalam pertanamannya. Pupuk organik atau pupuk kompos hanya sedikit saja diterapkan oleh petani. Sejak adanya pendampingan dari Yayasan Orangutan Sumatera Lestari -Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), selama beberapa bulan, mereka kemudian mengerti dan mengenal bahwa pola yang selama ini dilakukan harus berubah.

Community Development Manager YOSL-OIC, Binur Naibaho mengatakan, Jumat (15/3/2019), pupuk kompos sangat baik diterapkan pada semua jenis tanaman. Karenanya tidak rugi jika petani mau membuat dan menerapkannya. Selain bahan baku murah dan mudah didapat dari sekitar, juga tidak akan merusak unsur alam, justru turut melestarikannya.

Dia menuturkan, program mendekatkan petani terhadap pertanian organik melalui penerapan pupuk kompos di Desa Lumban Purba sudah selesai. Saat ini pihaknya sedang mendampingi petani jeruk di 4 kelompok tani di 4 dusun di Desa Sekoci, Kecamatan Besitang, Langkat. Setiap kelompok beranggotakan 25 orang. Program ini, kata dia sedang berjalan. Di desa ini, rata-rata petani memiliki lahan jeruk seluas 1 hektare. “Di setiap dusun, kita buat demo plot (demplot) seluas 1/2 hektare,” katanya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.