Santika Dyandra Medan Kampanye Peduli Orangutan Lewat NOWUC3

MEDAN, KabarMedan.com | Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengkampanyekan pentingnya perlindungan terhadap satwa dilindungi. Orangutan misalnya. Tahun ini, Hotel Santika Dyandra Medan melaunching program NOWUC3 (Sekarang Anda Bisa Melihat Saya).

General Manager Hotel Santika Medan, Ariestra Prasetio mengatakan, diskusi ini adalah program NOWUC3 (Sekarang Anda Melihat Saya), sebuah ajakan bersama YOSL-OIC dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), yang diwakili oleh Khairudin untuk memperkaya informasi dan pengetahuan tentang orangutan untuk kemudian lebih peduli terhadap orangutan.

“Jadi hari ini kita launching NOWUC3, artinya Anda bisa melihat saya tidak hanya ketika ada kabar penganiayaan atau kematian orangutan,” katanya.

Dia menambahkan, Santika Indonesia memiliki 110 jaringan hotel dan resort, 117 ribu corporate account, 120 ribu tamu per tahun atau 92 ribu kamar terjual per tahun dan aplikasi MValue yang merupakan program rewards berbasis digital group Kompas Gramedia, Santika Premiere Dyandra Hotel & convention Medan akan menggunakan seluruh sumber dan jaringan yang cukup besar tersebut untuk mendukung jerih payah YOSL-OIC dan YEL agar tidak sendiri dalam menyokong kehidupan orangutan.

“Dalam hal ini Santika Dyandra Medan menginisiasi agar jaringan Santika Indonesia untuk peduli kepada orangutan,” katanya.

Diketahui, berdasarkan hasil Population and Habitat Viability Assesment (PHVA) orangutan 2016, orangutan sumatera (Pongo abelii) tercatat sebanyak 14.470 individu tersebar di 10 meta populasi (kelompok terpisah/kantong populasi) dan 38 persen di antaranya diprediksi lestari dalam 100 -150 tahun mendatang. Namun, kembali ke rentang 100 tahun yang lalu, jumlahnya 10 kali lipat.

Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo mengatakannya dalam dalam konferensi pers yang digelar Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan, Senin malam (13/5/2019). Dijelaskannya, banyak faktor yang menyebabkan penurunan populasi orangutan. Mulai dari deforestasi hingga ekspansi perkebunan, pertambangan, dan pembangunan lainnya.

“Atau misalnya pembangunan hydro dam, PLTA. Ini akan jadi ancaman terhadap orangutan. Artinnya kita perlu berusaha untuk mempertahankan habitatnya yang tidak banyak lagi tersisa,” katanya.

Dijelaskannya, jumlah populasi tersebut adalah angka yang tersisa yang harus dipertahankan. Namun menurutnya, secara umum kepedulian masyarakat terdahap orangutan sangat rendah karena dianggap tidak ada keterkaitan dengan hidup orang banyak. Padahal, lanjut Panut, berbicara penyelematan orangutan sama halnya berbicara tentang upaya penyelamatan habitatnya.

“Habitat orangutan itu memberi banyak manfaat, menjaga kelangsungan jasa ekosistem yang sangat penting,” katanya.

Menurut Panut, pihaknya terus berjuang meningkatkan kesadaran masyarakat, mengedukasi, mengajak untuk berbuat nyata dengan tidak menrusak hutan, tidak menembaki orangutanm, tak menganggapnya hama.

“Kolaborasi semua pihak menyelamatkan spesies ini sangat penting. Kita harus bisa berbagi ruang dengan mereka,” ujarnya.

Karena itu, dia mengaku heran ketika ada beberapa pihak yang menyebut kelompok yang menyuarakan penyelamatan hutan dianggap menghambat pembangunan.

“Itu tudingan) kekanakan. Ketika menyuarakan kepentingan orangutan dianggap sebagai pembawa pesan orang lain yang tak punya kepentingan, toh pembangunan PLTA itu juga didorong oleh kepentingan perusahaan yang bukan dari Indonesia. Itu sama sekali tidak relevan,” pungkasnya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.