Tanpa Bius, Orangutan Pertiwi Dievakuasi dari Kebun Sawit ke Sibolangit

MEDAN, KabarMedan.com | Belum seminggu orangutan Hope diselamatkan dari luka parah dengan 74 butir peluru di sekujur tubuhnya, satu individu orangutan betina dengan perkiraan umur 7 tahun diselamatkan dari perkebunan sawit dekat dengan lokasi orangutan Hope ditemukan di Dusun Rikit, Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh, Rabu,(20/3/2019).

Tim penyelemat yang terdiri dari BKSDA Aceh, tim The Human and Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) Yayasan Oranghtan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), dan Wildlife Consevation Society – Indonesia Programme (WCS-IP) berhasil mengevakuasi orangutan yang selanjutnya diberi nama Pertiwi, tanpa melalui proses pembiuasan karena Pertiwi dalam kondisi lemah.

Ketua YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo mengatakan phari Selasa (19/3/2019) siang, tim HOCRU OIC mendapat informasi dari BKSDA Aceh melalui nomor Call Center HOCRU bahwa ada beberapa individu orangutan yang terjebak di kebun masyarakat di Dusun Rikit Desa Namo Buaya Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.

Pada hari itu juga tim HOCRU bersama BKSDA Aceh dan WCS-IP menuju lokasi dan menemukan beberapa sarang baru. Tim menemukan satu individu orangutan (anakan ± 7 tahun) di dalam sarang namun tidak langsung dievakuasi karena sudah sore dan baru dilakukan keesokan harinya. Untuk diketahui, lokasi ditemukannya orangutan adalah kebun sawit berstatus Areal Penggunaan Lain (APL) yang jaraknya sekitar 10km dari Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil.

Pada hari Rabu (20/3/2019) pagi, tim mengevakuasi orangutan yang masih berada dalam sarang. Tim juga meminta rekomendasi tindakan translokasi kepada pihak BKSDA ACEH untuk satu individu orangutan yang terisolir di kebun masyarakat tersebut yang sedang melakukan pembukaan lahan. Untuk mengevakuasi orangutan tersebut tim HOCRU tidak menggunakan tembakan bius karena kondisi orangutan yang kurus dan kecil sehingga dikhawatirkan akan mengenai organ vital.

Saat itu tim memotong pohon dan menggiring orangutan ke pohon yang lebih rendah lalu menangkapnya. Setelah itu tim membiusnya untuk diperiksa kondisi tubuhnya. Dari pemeriksaan secara fisik, orangutan Pertiwi memiliki berat badan ± 5 kg, metode anestesi dipimpin oleh dokter hewan HOCRU dengan dosis obat yang telah ditetapkan. Anestesi dilakukan setelah orangutan ditangkap dan terbius pada pukul 10.50 WIB.

“Dari hasil pemeriksaan fisik diketahui orangutan tersebut berumur ± 7 tahun dan berjenis kelamin betina dan dengan kondisi malnutrisi (kurus) dan kondisi tangan sebelah kanan yang kurang resposif (kurang gerak),” katanya di Medan.

Hasil pemeriksaan fisiknya, lanjut Panut, frekuensi pulsus 63/menit, SpO2 95%, denyut jantung 85kali/menit, dan temperature 38,2 oc. Mata kiri kanan normal tanpa cedera, telinga kiri dan kanan, mulut, gigi, abdomen dalam keadaan normal. Kemudian kulitnya normal tanpa ada bekas luka atau penyakit kulit lainnya, organ genital (kelamin) normal, pemeriksaan limfonodus normal dan pemeriksaan ektremitas secara kesuluruhan didapati indikasi cedera pada tangan sebelah kanan dan tidak responsif.

Setelah semua pemeriksaan fisik selesai dinyatakan orangutan orangutan tidak layak untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya serta harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Karantina Orangutan Sumatera milik Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) di Batu Mbelin, Sibolangit. Mengingat orangutan dalam kondisi malnutrisi dan perlu pemeriksaan pada tangan kanan yang kurang responsif, dan setelah berkomunikasi dengan pihak BKSDA ACEH, maka orangutan harus dibawa segera ke karantina SOCP di Sibolangit pada hari yang sama.

“Tim akan memantau dan mencari kemungkinan keberadaan orangutan lainnya yang terisolir di Dusun Rikit Desa Namo Buaya Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam dan akan melaporkan hasil temuan kepada pihak BKSDA-ACEH pemangku wilayah dan kebijakan,” katanya.

Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo menyatakan bahwa saat ini tim dari BKSDA Aceh dan mitra terus memantau daerah perkebunan yang diperkirakan masih ada orangutan yang terisolasi. “BKSDA Aceh akan terus serius melakukan upaya-upaya mengatasi konflik antara manusia dan orangutan sehingga insiden konflik yang mengakibatkan kematian dan perburuan orangutan dapat dicegah,” katanya. [KM-05]

Sumber foto : YOSL-OIC

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.