Terbentur Biaya Hingga Ratusan Juta di Rumah Sakit di Selangor Anak dan Cucu Tak Bisa Pulang ke Deli Tua

MEDAN, KabarMedan.com | Waldi (52) namanya. Matanya menerawang ketika bercerita tentang anak perempuannya, Nurul Halizah yang sejak tiga tahun lalu bekerja di Selangor, Malaysia belum bisa pulang lantaran terutang biaya rumah sakit hingga ratusan juta rupiah. Nurul melahirkan anak secara prematur dan mendapatkan perawatan khusus.

Di sebuah tempat pemancingan di dekat rumahnya di Jalan Satria, Dusun 2, Desa Mekar Sari, Kecamatan Delitua, Deli Serdang, Waldi yang baru setahun menjadi driver ojek online ini mengaku kebingungan karena tak memiliki apa-apa lagi untuk membawa anak dan cucunya pulang.

“Itu cucu pertama saya dan sekarang kondisinya menyedihkan. Entah bagaimana dan minta tolong sama siapa biar mereka dirawat di sini saja,” katanya sembari mengelus paha kanannya, Kamis (25/7/2019).

Dijelaskannya, Nurul adalah anaknya yang ketiga. Berangkat ke Malaysia tahun 2016 menyusul kakaknya yang sudah tiga tahun sebelumnya bekerja di sebuah rumah makan. Keduanya berangkat menggunakan pesawat diantar oleh ibunya dengan tujuan melancong.

Nurul kemudian memutuskan untuk bekerja di sana meskipun tidak melalui jalur resmi untuk bekerja di Malaysia. Setahun di sana, Nurul menikah siri dengan pria dari Kisaran bernama Khairul Akbar di Malaysia. Beberapa bulan menikah Nurul pun hamil.

Namun pada usia kandungannya masih enam bulan, Nurul jatuh dan mengalami pendarahan sehingga dirawat di rumah sakit sejak lima bulan yang lalu. “Setiap hari kami telfonan dengan video call, kami selalu nangis. Pengennya dia di sini saja, dirawat di sini. Tapi cucu saya itu pun tak bisa lepas dari selang oksigen,” katanya.

Faktor yang memberatkannya adalah biaya perawatan selama lima bulan di rumah sakit sudah mencapai ratusan juta rupiah. Sementara dirinya sejak setahun terakhir hanya mengandalkan pendapatan sebagai driver ojek online.

Setiap harinya, rata-rata dia berpenghasilan Rp100 ribu dia gunakan untuk menghidupi keluarga dan biaya sekolah dua anaknya yang masih duduk di bangku SMK dan SMP.

“Sebelum ngojek ini saya dulu bawa mobil pribadi antar anak bos ke sekolah. Sudah 15 tahunan lah. Tapi sering sakit akhirnya saya mengundurkan diri. Tak kuat lagi,” katanya sembari menunjukkan jari telunjuk kanannya yang sebulan lalu diamputasi karena penyakit gula kering.

Dihubungi melalui aplikasi percakapan WhatsApp, Nurul mengatakan, dirinya berangkat ke Malaysia pada tahun 2016 diajak oleh seseorang yang akan mempekerjakannya di Selangor, di sebuah rumah makan bersama dengan kakaknya.

Nurul mengaku dirinya bekerja di Selangor tidak memalui jalur resmi sebagai tenaga kerja. Begitu juga dengan suaminya. Setiap bulan dia penghasilannya Rp2 juta. Nurul dengan suara terisak mengatakan bahwa awal mula dia ‘terutang’ hingga ratusan juta rupiah terjadi pada lima bulan yang lalu. Saat itu dia ingin pulang dan melahirkan anaknya di Delitua.

Seseorang yang disebutnya agen itu berusaha membantunya untuk pulang. Namun setelah menunggu berhari-hari, tidak ada kabar. Sampai pada Minggu ketiga, dia dibawa ke bandara untuk pulang ke Medan namun ternyata gagal lagi. Dia diinapkan dua hari di sebuah hotel.

“Lepas itu tak jelas lagi berangkatnya. Saya bilang pulang saja dan minta balik uang saja. Saya balik ke rumah, saya  stres dan jatuh di kamar mandi, saya mengalami pendarahan,” katanya.

Saat itu  semua klinik menolaknya karena tak memiliki peralatan yang cukup. Hingga akhirnya dia diterima di sebuah rumah sakit besar milik kerajaan di Malaysia di Selangor pada tanggal 14 Februari 2019 lalu.

Saat itu bayi laki-laki dari dalam perutnya lahir secara prematur dengan berat badan 905 gram. Bayu itu juga mengalami gangguan kesehatan. Sekarang beratnya sudah bertambah menjadi 3kg. Bayi tersebut tidak berada di inkubator namun tidak bisa lepas dari selang oksigen.

Sejak itu hingga sekarang lima bulan lebih anaknya dirawat. Dia tak bisa pulang karena terbentur biaya untuk inap dan obat-obatan. “Sudah tak ada uang lagi untuk bayar. Waktu bersalin saja sudah 10 juta. Saya orang susah. Kedai makan bukannya besar gajinya. Simpanan saya di kampung (Deli Tua) pun bawa ke sini sudah habis,” katanya.

Dikatakannya, dia merasa beruntung karena pihak rumah sakit memperbolehkannya tetap bekerja untuk membayar biaya rumah sakit. Dia beralasan gaji suaminya tidak akan cukup untuk membayar keseluruhan biaya. Jika dia bekerja, maka akan ada uang tambahan untuk membayar biarpun masih belum cukup.

Selama dirawat, dia sudah membayar sebesar 5.300 Ringgit. Sementara itu, total biaya selama perawatan hingga obat-obatan yang masih terutang, hingga tanggal 23 Juli lalu sudah mencapai 58.000 Ringgit atau sekitar Rp191 juta (jika dikalikan dengan kurs 1 Ringgit =Rp3.300).

“Hari ini saja sudah kena Rp300 ribu. Kemarin anak saya ini juga barusan operasi hernia, di dekat buah zakarnya membesar. Saya rela tak makan demi bayar bill anak saya,” katanya.

Dia sangat berharap ada bantuan dari siapa saja untuk biaya rumah sakitnya dan berharap agar bisa dirawat di rumah sakit di Indonsia saja.

“Saya memang tidak resmi di sini. Walaupun begitu, rumah sakit memberikan perawatan yang sangat baik kepada kami. Saya memohon ada donatur. Membantu kami, siapa saja mau itu dari pemerintah, Pak Presiden Jokowi, Pak Gubsu Edy Rahmayadi, Bupati Deli Serdang Pak Anshari. Tolong saya pak,” katanya. [KM-05]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.