MATARAM, KabarMedan.com | Tim Bank Sumut yang dipimpin Sekretaris Perusahaan Erwin Zaini, didampingi Pls Pemimpin Bidang PR Erwinsyah, melakukan benchmarking ke Bank NTB untuk mencari success story kiat-kiat apa yang dilakukan Bank NTB dalam pertumbuhan modal inti yang begitu pesat.
Penguatan modal menjadi isu strategis dalam rangka mendorong Bank Pembangunan Daerah (BPD), salah satunya Bank Sumut, menjadi bank yang kuat, berdaya saing, dan berkontribusi lebih besar bagi pembangunan di daerahnya masing-masing melalui peningkatan ekspansi kredit produktif.
“Pertumbuhan modal Bank NTB sejak berdiri sampai dengan tahun 2010 itu rendah, lalu kami sampaikan kepada Pemda selaku Pemegang Saham terutama Pemegang Saham Pengendali (PSP), bahwa salah satu cara yang harus dilakukan adalah terkait penambahan modal. Karena pada dasarnya bank itu padat modal untuk menjadi bank yang kuat,” beber Direktur Utama Bank NTB Komari Subakir, kepada tim Bank Sumut, Selasa (9/5/2017).
Komari memaparkan, pihaknya menumbuhkan kemauan para pemegang saham untuk menambah modal. Yang paling mungkin adalah deviden yang dibagikan, kemudian dikembalikan menjadi setoran modal untuk meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR), dan meningkatkan modal inti.
“Kami sepakat dengan Gubernur bahwa kita harus bangun dari kekuatan sendiri yakni pemegang saham yang ada. Kemudian dalam membangun gedung kantor, tentu perlu tanah. Bagi Pemda yang memiliki tanah yang strategis untuk membangun gedung kantor, maka itu bisa diproses menjadi setoran modal berbentuk aset,” paparnya.
Komari juga menyebutkan, pihaknya melakukan rapat koordinasi dengan para kepala daerah dan menggandeng DPRD sehingga menjadi komitmen bersama untuk menambah setoran modal, dan itu perlu dilakukan secara terus menerus.
Dalam kesempatan benchmarking tersebut, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut, Erwin Zaini menjelaskan, pertumbuhan modal inti Bank NTB dari hanya Rp400 miliar pada tahun 2010, tumbuh pesat menjadi Rp1,1 triliun di tahun 2016.
“Kita punya kendala dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah Daerah. Nah, kami belajar kesini apa yang harus kami lakukan untuk mengatasinya. Dari apa yang dilakukan Bank NTB, bank melakukan pembiayaan pinjaman untuk pembangunan infrastruktur daerah. Nah, deviden-nya tetap ada di bank,” ujar Erwin.
Dengan skema ini, lanjut Erwin, dua sisi berjalan dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, dimana daerah diberi kredit yang khusus dengan sumber dana yang jelas.
“Hal itu ternyata berhasil dan pembangunan tetap berjalan. Pertumbuhan modal bank juga berjalan. Hal-hal lain lebih kepada komunikasi yang baik,” pungkas Erwin. [KM-01]