Membaca Peluang Bisnis E-commerce

Oleh: Vinsensius Sitepu

Pekan lalu sahabat saya di Nanggroe Aceh Darussalam meminta saya mengerjakan sebuah website untuk perusahaan biro arsitektur yang didirikannya. Ia mengungkapkan bahwa konsep bisnisnya ini adalah e-commerce, di mana hasil kerja yang diberikan kepada klien adalah dalam bentuk file digital. Mereka mengerjakan permintaan tidak hanya menunggu pesanan langsung, tetapi juga menjual denah rumah 2 dimensi dan 3 dimensi yang telah jadi, tetapi cocok dengan keinginan dan kebutuhan calon klien. Sahabat saya ingin mencicipi nikmatnya berbisnis di e-commerce ini.

Berdasarkan pengalaman saya, permintaan membuat website berkategori e-commerce trennya mulai meningkat, seiring fenomena e-commerce Indonesia yang menggiurkan. Bisnis e-commerce Indonesia memang sedang meroket tinggi. Mengacu pada riset DailySocial, pada tahun 2012 saja transaksi perdagangan mencapai Rp8,5 triliun. Pada tahun ini diperkirakan angkanya akan meroket pada angka Rp95 triliun. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bahkan memperkirakan hingga Rp100 triliun. Hasil penelitian Mastercard awal 2014 lalu mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan warga di perdagangan daring alias online mencapai 85 dari skor 100.

Angka itu tentu saja cermin peluang untuk masuk lebih dalam untuk memenangkan pasar. Tetapi, strategi awal bagi yang kan merintis perlu persiapan matang, tentu saja tidak asal nyemplung. Pertama, Jual produk digital. Anda harus memahami bahwa di tahun ini akan ada lebih banyak pesaing dengan produk yang hampir sama. Memang di tengah kondisi seperti itu, bisa-bisa saja berstrategi dengan membuat kartu member dengan diskon hingga 40 persen atau tanpa dengan kartu member dengan diskon 10-20 persen. Namun, di tengah banyak pemain mempraktikkan hal serupa, itu dapat berdampak pada biaya promosi yang selangit. Salah satu pemecahan yang dapat diterapkan adalah dengan menjual produk-produk jasa yang tidak atau sedikit memerlukan biaya pengiriman secara fisik sebagai produk barang elektronik. E-commerce jasa desain rumah misalnya, produk dikirimkan hanya berupa file desain dalam format gambar JPEG atau file 3 dimensi OBJ atau lainnya ke e-mail klien.

Memang jenis e-commerce seperti ini belum banyak pemainnya, yang cukup bertahan adalah sribu.com di Jakarta yang sejatinya sebagai perantara antara desainer grafis dan klien yang membutuhkan. Ada puluhan transaksi setiap hari di website ini. Di tingkat internasional kita dapat menyebut topcoder.com ataupun envato.com yang membawahi 8 website dari perusahaan yang berbeda. Di topcoder.com, hasil karya desain grafis ataupun script program bisa dihargai ribuan dolar!

Kedua, peraturan pemerintah (PP). Saat ini pemerintah berencana akan mengeluarkan peraturan pemerintah untuk e-commerce. Itu artinya ada pengetatan ruang gerak pebisnis, baik dari sisi vendor yang menjual produk fisik dan pengelola e-commerce yang tunduk kepada kaidah hukum dan etik digital. Saya menganggap langkah ini cukup positif agar permainan mendulang laba lebih adil dan melindungi hak-hak konsumen dari peluang penipuan. Peraturan pemerintah itu sedang digodok dan akan diterapkan sebelum pertengahan tahun ini. Nantinya pengelola e-commerce harus menyertakan kontrak digital dalam laman web ataupun media elektronik yang digunakan. Isi kontrak itu adalah menginformasikan rincian produk, termasuk cara pembayaran. Anda yang aktif berjualan di Facebook misalnya akan terkena peraturan ini. Hal lainnya adalah kewajiban memiliki costumer service, jaminan uang kembali dan jaminan produk bisa ditukar jika tidak sesuai dengan harapan pelanggan.

Ketiga, Kelolaan teknologi. Dari sisi teknis membangun teknologi web e-commerce, di luar mutu dan jumlah sumber daya manusia (SDM), perlu persiapan mendasar. Pilihlah nama domain yang unik, kalau perlu yang agak nyeleneh, tetapi mudah diingat. Kemudian rancanglah logo yang sederhana dan memikat. Anda bisa menyewa desainer grafis lepas untuk yang satu ini. Selepas itu rancanglah website yang secara visual keren, mulai dari tata letak, warna dan pilihan font. Manfaatkan pula fitur interaktivitas semacam chat box, agar merek commerce Anda terasa lebih melekat. Perihal kapasitas data pada hosting, Anda bisa mulai dari 5 GB untuk jangka pendek, selanjutnya bisa menaikkannya 2 kali lipat, bergantung pada jumlah produk. Paling penting dipertimbangkan adalah besaran bandwidth yang cukup besar, memungkinkan lalu lintas data yang besar pula. Search Engine Optimization (SEO) juga harus benar-benar tepat.

Keempat, Marketing. Persiapan soal promosi dan marketing perlu serius dicermati. Penggunaan social media, seperti Facebook, Twitter ataupun Instagram dirasa masih tepat. Ada tiga pilihan dalam hal ini. Anda bisa melakukan sendiri melalui karyawan khusus yang fokus melakukan penjualan via social media. Pilihan lainnya adalah melalui buzzer di dalam ketiga media itu. Pemanfaatan Buzzer memungkinkan Anda melakukan kontrol ketat terhadap anggaran, sekaligus memilih pangsa pasar yang tepat terhadap calon pelanggan. Dengan memasang iklan berbayar di Google, Facebook ataupun di Youtube juga tidak kalah efektif. Khusus Youtube berpotensi menaikkan traffic lebih tinggi ke dalam website. Dengan traffic tinggi, maka tingkat kepercayaan publik terhadap e-commerce dapat dijaga.

[Penulis adalah Pendiri Komunitas Kreatif MahapalaMultimedia, berdomisili di Medan]

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.