Searah Jarum Jam Sumut

sumber foto: pixabay.com

Oleh: Vinsensius Sitepu
Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI)-Pendapat Pribadi

Pernahkah kita bertanya mengapa arah jarum jam bergerak ke kanan, bukan sebaliknya? Barangkali ada yang menjawab, “Kultur mengajari kita, bahwa entitas ‘kanan’ adalah ‘baik’ dan kiri adalah keliru. Kamu, membersihkan anus setelah buang air besar, bukankah pakai tangan kiri?” Ada suara yang menyambar, “Bagaimana dengan manusia kidal, tidakkah kau pedulikan  cara ia cebok?”

Soal penunjuk waktu analog (mekanik) dibuat berasaskan jam matahari (sundial) yang dirancang oleh orang-orang peradaban kuno di bagian Utara Bumi, seperti Romawi, Babilonia, atau Cina. Begini kata nationalgeographic.co.id, seperti yang dikutip dari Intisari: Sundial yang awalnya dari Mesir ini terdiri atas dua bagian yakni papan berbentuk lingkaran persegi yang ditulisi angka-angka serta sebuah tiang segitiga (gnomon) yang berdiri tegak lurus dari papan. Ketika sinar surya menyorot, maka bayangan gnomon menimpa papan dan menunjukkan waktu saat itu.

Mengingat sundial berada di belahan Bumi utara, maka bayangkan gnomon akan terlihat bergerak ke kanan. Lain ceritanya kalau jam itu diletakkan di Bumi bagian selatan, karena arah perputarannya akan berlawanan. Sementara kalau ia ada tepat di daerah khatulistiwa, maka bayangannya hanya akan bergerak lurus dari barat ke timur. Tatkala jam mekanik mulai dibuat, yakni pada abad pertengahan di Eropa, rupanya “kebiasaan” itu terus berlanjut, meski diletakkan di mana pun, arah perputaran jarum jam akan tetap ke kanan. Bagi saya, orang Eropa melakukan “konsensus” tentang “arah gerak waktu” melalui standarisasi jam analog itu.

Menganalogikan hidup dengan jam analog, dalam dunia waktu sebagai dimensi keempat manusia, tidak ada istilah searah jarum jam kidal. Tidak ada nomenklatur merek jam manapun yang menuliskan di kemasannya: “hanya untuk orang kidal”. Waktu sudah menunjukkan kita bahwa kita harus maju ke arah kanan, ke arah yang dianggap benar. Padahal semuanya relatif, bergantung kepada sudut pandang mana Anda berpihak. Ya, seperti jam matahari itu, tidak sepenuhnya benar bahwa arah waktu itu memang sedari awal ke arah kanan, bergantung kubu mayoritas mana yang bersetuju dan menjadikanya sebuah gagasan baku. Parahnya kita mengikuti arah waktu kanan, sebagai sebuah standar di segala aspek hidup ketika melihat kesalahan pihak lain.

Baca Halaman Selanjutnya

Berkomentarlah secara bijaksana dan hindari menyinggung SARA. Komentar sepenuhnya menjadi tanggungjawab komentator.